Jika kita mendengar kata terkoneksi-terhubung maka setidaknnya akan muncul beberapa pertanyaan sebagai berikut? siapa dan siapa yang terhubung? terhubungnya karena apa atau lewat media apa? Apakah keterhubungannya saling mempengaruhi? Dan mungkin pertanyaan pertanyaan lainnya.
Keterhubungan itu terjadi minimal ada dua pihak, dan pihak pihak yang terhubung itu harus mempunyai ‘persamaan’, harus ada ‘kabel’nya. Keterhubungan bisa jadi berlevel level, ada yang Cuma terhubung saja tanpa saling mempengaruhi, ada yang terhubung dan hubungannya adalah sebab akibat, ada yang terhubung dan hubungannya kontradiktif. Ada yang saling terhubung tapi tidak mengerti bahwa terhubung karena model keterhubungannya sangat halus, atau sangat rumit dan melibatkan banyak subjek.
Ayam itu terhubung dengan ayam lain, apa ‘kabel’nya? Sama sama ayam. Padi itu terhubung dengan padi, apa ‘kabel’nya? Sama sama padi. Manusia terhubung dengan manusia lain, karena sama sama manusia. Anggota komunitas tertentu terhubung dengan anggota komunitas,karena di ikat oleh ‘ikatan’ tertentu. Bisa jadi diikat oleh tokoh dalam komunitas tersebut, bisa jadi nilai nilai yang diajarkan di komunitas tersebut.
Apakah manusia terhubung dengan ayam ? apakah manusia terhubung dengan padi ? apakah ayam terhubung dengn padi ? apa yang membuat ketiganya bisa dihubungkan? Apa kira kira kabel nya? Persamaannya adalah sama sama makhluknya Allah. Apa persamaan ketiganya sebagai makhluk Allah? Al Hasyr (QS 59 : 1) memberi informasi “sabbaha lillahi ma fi samawati wa ma fil ardh” bertasbih kepada Allah semua yang ada di langit dan bumi …
Seluruh makhluk mempunyai “protocol tasbih” kepada Allah dengan teknisnya masing masing. Bisa dikatakan, seluruh benda di alam semesta ini sebenarnya terhubung. Justru karena semua terhubung, kita sukar menemukan hubungannya.
Manusia dengan akalnya, diberi amanat oleh Allah sebagai khalifah. Kita mempelajari “protocol tasbih” nya bulan, sehingga kita bisa tahu kapan akan terjadi gerhana bulan. Kita mempelajari “protocol tasbih” nya bulan dan laut dan ikan, sehingga kita bisa memberi anjuran kepada nelayan untuk berlayar kapan dan kemana, agar berjodoh dengan ikan.
Sebagai khalifah, manusia dituntut untuk mengelola alam semesta, maka mau tak mau kita harus belajar dan berusaha mencari tahu “protocol tasbih” makhluk2/benda yang akan dikelola. Peternak lele, akan mengerti kapan lele lapar, kapan lele kenyang, sebab jika tidak kacaulah kolam lele.
Lalu dimanakah pengetahuan tentang “protocol tasbih” tersebut ? Tentu kita bisa mempelajari lele dengan melakukan penelitian kepada lele, BMKG bisa memprediksi cuaca karena melakukan kajian terhadap objek objek yang membentuk cuaca. Apa harus melakukan penelitian kepada seluruh benda jika ingin mengetahui “protocol tasbih” ?. Dengan asumsi bahwa semua makhluk terhubung ke Allah melalui “protocol tasbih” nya masing masing, maka pengetahuan mengenai itu bisa diakses juga dari sisi NYA. Jika kita mempunyai kedekatan yang intens dengan Allah, maka rahmat dan ilmu diberikan allah langsung dari sisi Nya. Al kahfi :65 “diantara hamba hamba Kami, yang telah Kamiberikan rahmat kepdanya dan telah kami ajarkan ilmu kepadanya dari sisi Kami –ilmu laduni-.
Gambang Syafaat edisi oktober mencoba untuk memberikan pancingan pancingan agar keterhubungan bisa dijelaskan baik dengan pendekatan ilmiah dan atau kemungkinan “non ilmiah”.