Sesi kedua dari Majelis Masyarakat Maiyah Gambang Syafaat Oktober 2023 diawali oleh Pak Syarif. Pak Syarif memulai diskusinya dengan menegaskan pentingnya ilmu yang bermanfaat dalam perjalanan hidup. Pak Syarif membagikan pandangan bahwa warisan paling berharga yang bisa seseorang peroleh adalah ilmu yang bermanfaat. Bagi mereka yang berangkat untuk mengaji atau menuntut ilmu, Allah bahkan akan mengampuni dosa-dosanya sebelum memasuki majelis ilmu. Pak Syarif juga menyoroti ayat pertama dari Surat Al Qalam “Nūn, wal-qalami wa mā yasṭurụn” yang dapat diterjemahkan sebagai “Nun, demi qalam dan apa yang mereka tulis”. Ayat ini menekankan kebenaran dan kekuatan kata-kata. Qalam dalam ayat tersebut mengingatkan akan pentingnya mencatat ilmu dan pemikiran.
Pak Syarif juga mengenalkan perbedaan antara kalam dan qalam. Kalam merujuk pada firman Allah yang mengandung suara, yaitu lafadz. Kalam lafdzi merujuk pada teks atau kata-kata harfiah dalam Al-Qur’an, sementara kalam wafzi lebih menitikberatkan pada makna dan konsep yang terkandung dalam Al-Qur’an. Al-Qur’an sebagai kalam yang di-qalam-kan mengandung hikmah dan petunjuk dalam setiap lafadz dan maknanya. Pak Syarif kemudian merujuk pada Surat Al Alaq dan Surat Al Qalam, yang menekankan pentingnya membaca dan menulis. Keduanya memberikan perspektif tentang bagaimana ilmu, pengetahuan, dan pemahaman harus disampaikan baik melalui lisan maupun tulisan untuk memastikan pesan-pesan suci dan hikmah dapat diteruskan kepada generasi selanjutnya.
Setelah sesi Pak Syarif berlangsung, salah satu jamaah Maiyah dari Lumbung Bailorah Blora yaitu Mas Janoary memberikan pandangannya tentang konsep fenomenon. Ia menjelaskan bahwa fenomenon adalah bentuk tunggal dari fenomena. Fenomena dapat diartikan sebagai manifestasi atau perwujudan konkret dari fenomenon dalam berbagai peristiwa, kejadian, atau suasana tertentu.
Pandangan Mas Janoary juga menyoroti pentingnya kebijaksanaan dalam mengelola informasi dan pengetahuan. Ia menekankan bahwa meskipun pengetahuan yang luas dan banyak dapat dianggap sebagai hal yang positif, terlalu banyak informasi tidak selalu membantu manusia dalam memahami suatu fenomena. Sebaliknya, informasi yang berlebihan dapat menyebabkan kebingungan. Dalam era informasi yang begitu cepat dan luas seperti saat ini, menjadi semakin penting untuk menerapkan kebijaksanaan dalam mengelola dan memilah informasi yang diterima. Dengan demikian, tanggapan dari Mas Janoary menekankan pada pentingnya merenungkan dan mengelola informasi dengan bijak. Kemampuan untuk memahami fenomena yang terjadi di sekitar dengan baik juga memerlukan keterampilan untuk menyaring informasi yang paling relevan dan berguna.
Pak Ilyas, sebagai narasumber kedua, menghadirkan pandangan yang mendalam tentang keterkaitan antara kesendirian, kesunyian, dan pencarian ilmu. Pak Ilyas mengungkapkan bahwa kesendirian dan kesunyian memiliki peran penting dalam perkembangan diri manusia. Pak Ilyas menegaskan bahwa melalui momen-momen kesendirian, manusia dapat mengenal diri mereka sendiri dengan lebih mendalam. Sebagai contoh, merujuk pada proses awal ketika Nabi Muhammad menerima wahyu dari Allah. Wahyu tersebut datang saat Nabi berada di Gua Hira dalam kesendirian dan kesunyian. Hal ini mengilustrasikan bagaimana kesendirian dapat menjadi saat-saat yang penuh makna dalam pencarian ilmu dan pemahaman diri.
Selain itu, Pak Ilyas juga mengulas Surat Al-‘Alaq, yang merupakan salah satu bagian awal dari Al-Qur’an. Terjemahan dan elaborasi ayat-ayat dalam surat ini menunjukkan pentingnya menuntut ilmu dan belajar dari firman Allah. Pak Ilyas menjelaskan ayat-ayat ini mengingatkan manusia bahwa ilmu dan pengetahuan berasal dari Allah. Al-Qur’an sendiri adalah hasil pengajaran Allah kepada manusia melalui perantaraan kalam. Pesan yang disampaikan oleh Pak Ilyas dan ayat-ayat Surat Al-‘Alaq menekankan bahwa menuntut ilmu adalah salah satu jalan yang penuh berkat dalam mengenal diri dan menyadari betapa besarnya peran kesendirian dalam refleksi dan pemahaman diri.
(1) ٱقْرَأْ بِٱسْمِ رَبِّكَ ٱلَّذِى خَلَقَ
iqra` bismi rabbikallażī khalaq
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan.
(2) خَلَقَ ٱلْإِنسَٰنَ مِنْ عَلَقٍ
khalaqal-insāna min ‘alaq
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
(3) ٱقْرَأْ وَرَبُّكَ ٱلْأَكْرَمُ
iqra` wa rabbukal-akram
Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah.
(4) ٱلَّذِى عَلَّمَ بِٱلْقَلَمِ
allażī ‘allama bil-qalam
Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam.
(5) عَلَّمَ ٱلْإِنسَٰنَ مَا لَمْ يَعْلَمْ
‘allamal-insāna mā lam ya’lam
Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.