Lets do what we can do, sebuah ungkapan yang terngiang ketika membaca kata Perintis, kalimat tersebut merupakan sebuah ajakan yang cenderung kesebuah kalimat perintah dari seorang atasan ketika masih bekerja jauh di sana, dalam menghadapi situasi yang sepertinya sudah tidak sanggup diatasi namun tetap ber positive thinking untuk melakukan yang terbaik. Kalimat tersebut selalu terngiang hingga saat ini bukan hanya dalam bidang pekerjaan saja, namun hal tersebut dapat diartikan secara luas dan dapat di implementasikan dalam berbagai situasi.
Seperti halnya para Pejuang dalam memperjuangkan kemerdekaan, siapakah seorang pelopor yang memantik untuk menggelorakan semangat kemerdekaan hingga menggerakkan hati orang orang untuk berjuang sampai diwariskannya semangat tersebut dari generasi ke generasi. Pada waktu itu, mungkin orang yang mendengar ide gagasan kemerdekaan mengganggap hal tersebut yang sulit dan takkan terjadi. Suatu ketika Mbah Nun pernah menceritakan kisah seekor semut yang membawakan air untuk memadamkan Api ketika Nabi Ibrahim berada dalam kobaran Api, jika dipikir secara nalar air yang dibawakan oleh seekor semut tersebut tidak akan dapat memadamkan api yang sedang berkobar. Mungkin kala itu dalam hati semut berkata Lets do what we can do, masalah hasil nanti urusan belakang yang terpenting sudah bertindak dan melakukan yang terbaik dan seoptimal mungkin karena tuntutan Tuhan pun bukan keberhasilan melainkan kesungguhan hati yang diselaraskan dengan tindakan yang dilakukan.
Mungkin sebagian dari pembaca pernah ada yang merasakan hal yang saya Alami, ketika melakukan hal yang sungguh sungguh namun masih merasa belum berhasil hingga merasa ingin menyerah. Hal itulah yang saya rasakan ketika saat sedang menulis, beberapa kali membuat tulisan namun enggan untuk mengirimkannya karena merasa minder (hehehe curcol). Melihat tema Perintis Warisan dapat menggugah seorang yang hanya stay at comfort zone yang menjalani rutinitas harian saja untuk memulai perubahan, tersentak dengan sebuah pertanyaan kepada diri saya sendiri ” apa yang sudah, sedang dan akan kamu rintis? dan apa yang dapat kamu wariskan? ” sebuah tema yang menjadi motivasi diri sendiri untuk menjalani hari dengan lebih baik. Dan bagi mbah nun sendiri malas itu Dosa karena malas adalah cara memperlakukan waktu dan peluang dari Allah yang tidak benar dan secara tidak langsung tidak mensyukuri atas nikmat waktu yang diberikan oleh Tuhan.
Pada umumnya atau mungkin anggapan diri saya sendiri terhadap pemikiran mayarakat secara umum, Visualisasi seseorang saat mendengar kata Perintis adalah tokoh tokoh besar yang sudah tercatat dalam sejarah dan dikenal oleh masyarakat luas, dan hal tersebut terasa akan sangat mustahil dan hanya terasa seperti mimpi jika dibandingkan dengan diri sendiri. Namun jika mengutip kalimat dari Mas Sabrang “minimal bangun pagi rapikan tempat tidur sebelum susah susah memikirkan Indonesia” kalimat yang sepertinya sangat simple dan mudah untuk dipahami, namun setelah mencoba meresapinya, dari sudut pandang berbeda muncul sebuah makna setidaknya mulailah Merintis sebuah perubahan itu dari diri sendiri, karena salah satu ciri makhluk hidup adalah bergerak, tandanya bergerak adalah adanya perubahan, tandanya adanya perubahan adalah menuju menjadi lebih baik. Jika orang tidak memiliki keinginan untuk berubah maka sebenarnya dia telah mati, mati dalam kehidupan. Kip De Faya