blank

Saya mengenal Mbah Nun bukan dari keluarga, bukan guru maupun dosen sekolah formal, bukan dari guru ngaji BTQ ataupun dari guru madrasah saya, bukan juga dari teman dan lingkungan bermain di desa saya. Namun saya tahu beliau dari rokok.
Saya sebagai anak sekolah dan perokok berat yang memiliki uang saku pas-pasan, waktu itu sedikit risau, khawatir dan muncul pertanyaan dipikiran saya “kenapa harga rokok kok bisa naik?” bermula dari hal itu sekitar tahun 2014. Dengan berbekal HP yang belum memiliki jaringan internet 4G, saya mencari tahu faktor-faktor apa saja yang menyebabkan kenaikan harga rokok lewat google, membaca blog atau website dan situs berita, walau tidak intens dalam mencari tahu jawabannya. Saat itu, saya tidak mencari di youtube karena memang dulu harga kuota internet mahal untuk ukuran saya. Suatu ketika saya menemukan tulisan di sebuah website di situ tertulis nama Cak Nun, tulisan itu menceritakan tentang Cak Nun yang ikut membela atau memperjuangkan nasib para petani tembakau. Seketika timbul pertanyaan “Siapa itu Cak Nun?”. Sejak saat itulah saya mulai mencari tahu Cak Nun lewat internet. membaca artikel-artikel yang berkaitan tentang beliau dan saya pun mulai menganggap beliau adalah Pahlawan pemberani yang membela rakyat.
“Kalau belum melihat secara langsung belum terasa mantap”, begitulah saya masih penasaran dengan Cak Nun, sampai akhirnya saya mengetahui akan ada pengajian di masjid Baiturrahman Simpang Lima, Semarang dan Cak Nun akan hadir (dulu saya masih menganggap acara yang ada Cak Nun adalah pengajian). Saya pun memutuskan untuk menghadiri pengajian tersebut agar bisa melihat Cak Nun secara langsung. Saya berangkat bersama adik yang waktu itu dia masih kelas 2 SMA ke pengajian Cak Nun ba’da maghrib dengan harapan tidak terlambat karena pengajian dimulai jam 8 malam, sampai di lokasi saya duduk di barisan belakang.
Pertama kali saya bisa melihat Cak Nun dan mengikuti pengajiannya, yang saya rasakan ternyata sangat asyik, menyenangkan, banyak ilmu baru yang bisa dipelajari, diajak berpikir tapi tidak merasakan berat, tidak merasa bosan padahal pengajiannya sangat lama, yang akhirnya membuat saya semakin suka dan mengidolakan Cak Nun karena beliau ternyata sangat istimewa. Semenjak itu, saya pun merasa ketagihan dengan suasana ngaji bareng Cak Nun dan memiliki niat untuk datang mengikuti acara lingkar maiyah yang ada di Semarang yaitu Gambang Syafaat. Di tanggal 25 setiap bulan, saya bersama adik pertama yang masih kelas 2 SMA, adik bungsu yang masih kelas 3 MTs, terkadang teman di desa juga saya ajak untuk selalu berangkat lebih awal dari Ungaran ke Semarang, seakan tidak rela tempat duduk yang ada di depan panggung narasumber lain di tempati oleh jamaah lain. Berangkat bada maghrib pukul 18.30 WIB, pulang sampai rumah pagi sekitar pukul 03.00 WIB tergantung selesainya acara Gambang Syafaat.
Seiring berjalannya waktu saya dan adik-adik saya tidak bisa lagi rutin mengikuti lingkar maiyah Gambung Syafaat karena pekerjaan atau jadwal sekolah adik-adik saya. tapi yang jelas, saya selalu mengikuti dawuh-dawuh Cak Nun, apa yang sudah beliau berikan melalui lingkar maiyah, lewat internet dan beberapa buku beliau atau lewat narasumber lain yang ada di panggung Gambang Syafaat.
Mungkin orang akan menilai perjalanan saya bertemu Mbah Nun aneh atau absurd, hanya berawal dari harga rokok yang naik, uang saku hanya pas untuk beli rokok dan timbul rasa ingin tahu mencari penyebab kenaikan harga rokok lewat internet, tidak menemukan jawabannya malah bertemu Cak Nun, tapi memang begitulah kenyataannya. Terserah orang mau menilai perjalanan saya seperti apa, aku tidak peduli. tapi bagi saya perjalanan ini adalah perjalanan hidup, perjalanan spriritualitas yang mengantarkan saya menjadi manusia yang lebih baik dari hari kemarin. Saya sangat bersyukur atas apa yang saya lalui ini, karena bisa bertemu Mbah Nun, dapat mengikuti pengajian Mbah Nun, banyak ilmu dari beliau yang dapat saya pelajari, mengambil hikmahnya dan kemudian saya terapkan secara perlahan-lahan sesuai porsi saya untuk menjadi manusia yang lebih baik dan bermanfaat di kehidupan.
Di milad Mbah Nun yang ke-70 tahun ini, marilah kita bersama bersyukur, berbahagia dan berdoa untuk beliau karena sudah memberikan ilmu dan terus membimbing kita sampai sekarang sehingga kita dapat menjalani kehidupan di dunia ini sesuai ajaran Baginda Muhammad SAW dengan penuh rasa syukur dan kebahagiaan.

Mabruuk alfa mabruuk, alaika mabruuk
mabruuk alfa mabruuk, alaika mabruuk, yaummiladzik mabruuk.
Selamat Hari Milad yang ke-70 untuk Mbah Nun.
Semoga Rahmat dan berkah turun dari Allah Yang Maha Pengampun.
Semoga beliau diberikan kekuatan, kesehatan untuk senantiasa membimbing kita.
Aamiin… aamiin… aamiin