Tak terhitung lagi jumlah waktu yang telah diberikan oleh Mbah Nun untuk menemani kita semua. Menerima dan menyanyangi siapa saja tanpa pamrih. Pejabat, Pemuka Agama, Tokoh, dan yang paling sering adalah masyarakat kecil di dusun-dusun dan desa yang selalu dibesarkan hatinya.
Kita sudah pasti sering mendengar banyak cerita dari masing-masing setiap individu yang bersinggungan dengan Simbah, ia mengalami perubahan dalam hidupnya setelah mendengarkan wejangan dari Mbah Nun baik secara langsung ketika acara Maiyahan maupun melalui media online seperti youtube dan lainnya. Berbagai macam perubahan dialami masing-masing Jamaah Maiyah. Kedaulatan berpikir, keluasan berpikir, keluasan hati dan kepandaian dalam menikmati hidup dengan bekal selalu bersyukur.
Saya sendiri mengalami banyak limpahan ilmu, pandangan, dan cara berpikir yang baru hampir setiap hari kita dapatkan dari Simbah. Pesan Mbah Nun yang sederhana namun bermakna yang selalu saya ingat adalah “Kalau anda tidak sholat, maka anda tidak maturnuwun sama Allah. Anda tidak sungkan sama Allah. Padahal sudah dikasih Allah begitu banyak kenikmatan.” Wejangan yang penuh makna tanpa mengiming-imingi surga dan neraka. Mengajarkan kita untuk melakukan sesuatu dengan ketulusan dan sungguh-sungguh dalam hal kebaikan.
Tujuh puluh tahun usia beliau, tak pernah berteriak “NKRI Harga Mati!” Tapi bertahun-tahun pekerjaannya keliling dusun dan desa di pelosok Indonesia, berjuang semampu-mampunya agar NKRI jangan sampai mati.
Ribuan karya beliau hasilkan. Perjalanan Simbah yang begitu panjang dan konsisten. Ke-Istiqomahannya, disiplin, dan kesungguhan beliau dalam menjalani kehidupan. Salah satunya menghasilkan forum-forum Maiyah di nusantara maupun di luar negeri. Bermula di Jombang awal mula Maiyah ada melalui Padhang Mbulan. Kemudian beberapa forum Maiyah bermunculan di berbagai daerah seperti Mocopat Syafaat, Gambang Syafaat, Kenduri Cinta dan berpuluh-puluh Simpul Maiyah lainnya. Semua itu merupakan bagian perjalanan Simbah yang penuh dengan berbagai dinamika beliau lewati.
Tanpa pernah berbicara secara personal, tanpa beliau tahu siapakah aku. Akan tetapi ketika melihat, berjabat tangan, bertemu di acara Maiyahan hingga kadang minta didoain. Serasa dekat dan ke-gr an ngaku-ngaku sebagai cucunya. Mungkin memang begitulah cinta bekerja. Sudah banyak ilmu dan pelajaran yang kau ajarkan, sampai hari ini panjenengan masih rajin dan setia untuk membekali anak cucu.
Maafkan kami yang selalu merepotkanmu.
Sanah Helwah, Mbah Nun!
Semoga sehat selalu.