Mukadimah Gambang Syafaat 25 Desember 2022
Sifat cahaya adalah menerangi maka tanpa cahaya kita berada dalam kegelapan dan bingung ke arah mana kita akan berjalan. Mata lihar kita tidak akan berfungsi jika tidak ada cahaya. Ibarat malam tanpa lampu gelap gulita, kita hanya menggunakan pengindraan perabaan, penciuman, dan pendengaran untuk bergerak. Kita tidak tahu beberapa langkah di depan kita ada lubang yang menganga yang bisa saja kita terperosok olehnya. Atau bisa saja di depan kita ada bara benda tajam yang bisa melukai kaki kita.
Demikian juga dengan mata batin kita ia membutuhkan cahaya untuk dapat melihat kebenaran hakiki. Tanpa cahaya maka mata batin kita tidak mampu melihat kebenaran. Kita tidak mampu membedakan kebaikan dan keburukan. Kita tidak bisa membedakan antara mana yang asli dan mana yang palsu. Kita tidak bisa membedakan antara arah yang benar sebagaimana maksud yang akan kita tuju. Konon hidup adalah perjalanan, sebagaimana perjalanan maka ada sesuatu yang dituju, lalu apa kah yang kita tuju itu? Dan apakah cahaya itu?
Mari kita lanjutkan dengan pertanyaan, hudup benar agar diterima oleh Gusti, atau Nyembah maring Gusti agar hidupnya benar? Dua hal ini tidak bisa dipisahkan karena dua hal ini adalah sebuah kesatuan. Ini seperti tujuan dan cahaya, diterima oleh Allah, mendapat ridhanya adalah sebuah tujuan, sedangkan hidup benar seperti tuntunan Allah melalui agama yang dibawa oleh Rosulullah adalah cahaya itu.
Masa depan adalah kegelapan karena kita tidak mengetahui apa yang akan terjadi pada masa depan. Manusia membuat prediksi-prediksi atas masa depan itu melalui ilmu. Mereka menganalisis kemungkinan-kemungkinan dari gejala-gejala yang terjadi, kebiasaan-kebiasaan pada masa lulu demi melihat masa depan. Dari ilmu itu diambilah keputusan-keputusan. Akan tetapi, ilmu manusia masih terbatas, buktinya tidak semua hal dapat terbaca, hal ini membuat sebagian orang cemas, gelisah, dan takut. Puncak dari ilmu adalah yang dari Tuhan dan dibawa oleh Nabi Muhammad.
Seseorang pernah menyatakan, saya percaya kepada Tuhan tetapi saya tidak percaya dengan agama. Ia kecewa dengan pemuka agama yang banyak memanfaatkan kedudukannya. Lalu Mbah Nun menjawab dengan balik bertanya, “Kamu mengetahui Tuhan dari mana?” Lalu orang itu menjawab bahwa ia mengetahui Tuhan dari agama.
Orang lain di kesempatan lain bertanya, “Sebenarnya apa itu Al Quran, apa itu agama?’ lalu dijawablah, “Karena kita tidak tahu tentang apa yang terjadi pada masa datang, agama dan Al Quran memberitahunya.”
Telah 23 tahun Gambang Syafaat berjalan, pada sepanjang malam pertemuan kami, kami menjaga cahaya. Cahaya yang ada dalam hati kami agar tetap berpendar-pendar menerangi jalan hidup kami untuk menuntun kami menuju-Nya. Apa yang kami lakukan tiada lain adalah menjaga cahaya dan memantul-mantulkan cahaya satu sama lain.