Sayup-sayup terdengar alunan seperangkat gamelan masuk ruang kamar pribadi saya. Suara lancaran yang indah ditambah hawa dingin yang menyeruak, sapuan-sapuan angin yang mulai masuk lewat lubang ventilasi beriringan dengan nada-nada gamelan, dingin pun semakin merasuki badan, maklum saja di Negeri Saba negeri atas awan tak dapat dihiraukan akan hal ini. Sayangnya secangkir kopi yang biasanya menemani serta dipercaya sebagai teman ketika dingin belum tersaji. Irama gamelan yang semakin keras terdengar pun bagi saya sudah tidak menjadi hal yang asing lagi, sebab di dekat rumah terdapat sebuah base camp atau bisa juga disebut sanggar untuk berlatih gamelan atau meracik strategi khususnya dalam mengiringi pagelaran sebuah kesenian tari yaitu tari topeng lengger.
Riuh rendah suara celuk bawa atau orang yang melantunkan tembang-tembang, maupun sebuah parikan pun bergema dengan suara yang khas dan dilakukan secara berjama’ah menjadikan nuansa kegembiraan maupun khusyu’ masuk, apalagi ketika pada sebuah tembang yang biasanya ditembangkan sebagai pembuka pagelaran, selang-seling larik per larik dengan selingan sholawat dan kalimat thoyyibah.
“Bilahi saka wetan tinolak baliha ngetan/la ilaha illa Allah/ Iman slamet tak suwun baliha slamet/ Shollallahu ‘alaihi wasalim/bilahi saka kulon tinolak baliha ngulon/la ilaha illa Allah/bilahi saka dhuwur tinolak baliha dhuwur/bilahi saka ngisor tinolak baliha ngisor/iman slamet tak suwon baliha slamet/ Shollallahu ‘alaihi wasalim/.”
Maka dari itu perkenankan saya untuk membuka tulisan ini dengan tembang di atas, sebagaimana parikan tersebut dilantunkan dalam mengawali pagelaran tari, yang dimaksudkan untuk wasilah doa kepada gusti Allah permohonan segala kelancaran dan keselamatan dalam menjalani suatu hal apapun. Dengan doa itu pula saya sama haturkan untuk Gambang Syafaat memasuki usia yang ke 19 ini. Dalam langkah menempuh yang tidak untuk hari ini saja namun dalam perjalanan roka’at panjang kedepan.
Sangat banyak hal yang dapat dipelajari dari Gambang Syafaat, salah satunya dalam memegang teguh nilai-nilai Maiyah. Sebuah perjalan yang tidak mudah, namun dengan semangat paseduluran maiyah dapat berproses dengan istiqomah, sebab maiyah adalah thoriqoh istiqomah yang mana istiqomah merupakan bagian dari seribu karomah dan tentu sebuah kemuliaan-kemuliaan ini akan dipancar dan terpancarkan dari kasih sayangNya.
Sugeng tanggap warsa Gambang Syafaat Semoga dengan men SabaMaiya ditemani alunan Kidung-kidung dan lantunan Macapat diselingi suara indah Gambang dalam berproses maneges ing qudroh semoga senantiasa menebar kebaikan, menyemai benih katresnan, ndedher kesatriyan untuk menjadi bagian dari anak-anak peradaban baru laksana semburat BangbangWetan. Semburata!