Pada bulan Desember tahun 2017 kemarin acara sinau bareng Mbah Nun dan KiaiKanjeng memang padat. Awal bulan saja sudah memenuhi undangan di tiga kota yaitu kota Kudus, Semarang dan Demak. Tentu Beliau-beliau sudah mempersiapkan dengan matang, entah kesehatan jasmani dan rohaninya. Saya melihat beliau-beliau masih begitu enerjik ketika melakukan sound check sebelum acara sinau bareng di Kota Kudus.
Personil KiaiKanjeng yang paling tua adalah Pak Ismarwanto selaku pemegang alat musik seruling, selain kepiawaiannya memainkan seruling, beliau juga bisa memainkan alat musik lainnya. Beliau juga enak diajak berbicara dan bercanda. Di saat umurnya yang sudah tua dalam gaya berbicarapun, beliau bisa membedakan antara bicara dengan anak muda atau yang seumur dengan beliau. Di acara sinau bareng kemarin saya duduk berhadapan dengan beliau sebelum acara di mulai, banyak kisah yang beliau ceritakan, saya hanya tertegun dan terharu. Sempat juga saya meminta nomer handphone beliau, kalau sewaktu-waktu saya ke Yogja mau mampir ke rumah beliau.
Di bulan Desember tahun 2017 kemarin Pak Is masih kelihatan gagah dan sehat wal afiat. Karena saat sinau bareng di kota Semarang dan Demak saya selalu menemui beliau dan juga personil KiaiKanjeng lainnya. Sampai saya disuruh untuk membelikan rokok oleh Pak Is dan Om Ari karena warungnya jauh, jadi saya sempatkan untuk membelikan rokok yang dimintanya, meski saya harus berjalan kaki agak jauh demi untuk mendapatkan rokok tadi.
Pada acara di tiga kota tadi Pak Is masih menyerukan suara serulingnya dengan merdu. Meski umurnya sudah tua beliau sangat konsisten dalam melayani siapapun, entah bersama KiaiKanjeng atau dengan para JM lainnya. Meski setelah acara sinau bareng selesai diajak foto bersamapun beliau tetap melayani dengan ramah dan senyum. Ada canda dan tawa tersendiri saat berbicara dengan beliau, merokoknya beliau memang boros, saya aja kalah sama beliau apalagi minum kopi. Setiap saya tawari kopi selalu mau tidak menolak.
Kadang ada JM yang menanyai saya. Saat sinau bareng bertemu dengan Pak Is apa tidak, sampaikan sama Pak Is semoga sehat terus. Saya selalu menjawab alhamdulillah beliau sehat selalu dan saya sampaikan salam dari para JM tadi. Kadang juga ada yang minta fotonya beliau lalu saya foto terus saya kirim yang minta foto tadi. Memang ada rasa rindu dan bermesraan bagi yang ngefans sama Pak Is, entah apa yang ada dalam hati mereka atau suara serulingnya sampai kepada para JM meski para JM tidak hadir saat sinau bareng.
Menjelang sinau bareng di kota Kudus, Semarang, dan Demak, saya tidak berjumpa dengan personil KiaiKanjeng sudah satu bulan lebih sedikit. Kembali dipertemukan dengan Pak Is pada waktu acara di Kenduri Cinta Jakarta. Pada waktu itu sebelum acara sound check, para JM sudah pada duduk di atas tikar yang sudah disediakan para penggiat Kenduri Cinta untuk menyambut KiaiKanjeng. Begitu personil KiaiKanjeng hadir ada yang sebagian bersalaman pada beliau-beliau dan ada juga yang tetap duduk sambil mendengarkan sound check.
Di tengah bisingnya suara klakson, sirine dan knalpot, yang paling merdu adalah suara seruling Pak Is. Saya sangat jelas mendengarnya. Apalagi saat Kiaikanjeng membawakan lagu dari Maron Five yang berjudul “One More Night” yang dikolaborasi dan diaransemen kembali oleh KiaiKanjeng. Suara seruling beliau memang menyeru di sekitaran Taman Ismail Marzuki Jakarta pada waktu itu. Juga suara alat musik yang di pegang Pak Nevi juga sangat lantang dan nyaring di dengarkan.
Banyak peristiwa dan kejadian yang unik dan jarang saya temui saat mendengarkan suara-suara KiaiKanjeng. Beliau- beliau membawakan musiknya untuk kesenian. Yang dilakukan KiaiKanjeng adalah seni yaitu seni untuk seni, seni untuk pekerjaan dan seni untuk masyarakat. Pada sinau bareng di Polinema Malang bulan Januari 2018 kemarin adalah waktu dimana Pak Is terakhir pentas bersama Mbah Nun dan KiaiKanjeng. Lalu pada acara Mocopat Syafaat 17 Februari 2018 kemarin Pak Is absen.
Mbah Nun menceritakan kepada kita semua kalau Pak Is sedang sakit dan dirawat di rumah sakit. Pak Is setiap harinya jarang makan nasi, rokok kopi rokok kopi terus menerus setiap harinya. Kadang satu hari bisa habis 7 gelas kopi dan yang utama bukan kopi tapi rokoknya juga terus-terusan dan makannya sangat jarang. Lalu kita diajak bersama-sama mendoakan untuk kesembuhan Pak Is dipimpin doa oleh Mbah Nun sendiri dengan Surat Al Fatihah.
Di tanggal 25 Februari 2018, Allah telah memanggilmu Pak Is, kemudian entah giliran kami atau siapa yang jelas semua ini adalah kehendak-Mu. Karena di dunia ini hanya tempat singgah sementara yang sebentar lagi akan kita tinggalkan juga. Namun suara merdu seruling Pak Is akan tetap menyeru di dalam hati kami entah hari ini, besok dan seterusnya meski nanti beliau akan digantikan oleh orang lain. Tidak cukup saya hanya mendoakan beliau saja, doa para JM seluruh negeri ini juga sedang mendoakan kepergianmu Pak Is.
Selamat jalan Pak Is, doa-doa kami sebagai anak dan JM selalu menyertai kepergianmu. Al Fatehah. Amin.
Jepara, 25 Februari 2018.