Laku atau lakon bermakna bahwa ada yang melakukan atau yang nglakoni. Siapa yang melakukan atau nglakoni? Yaitu saya, ingsun (saya), ana (saya) yang dihubungkan dengan pencarian tujuan hidup manusia. Dalam pencarian tujuan hidup, seseorang perlu mengenal siapa dirinya terlebih dahulu. Gus Aniq, menyampaikan pentingnya menggali potensi diri untuk mencapai kesadaran yang lebih tinggi. Beliau menjelaskan bahwa kalimah thoyyibah adalah rumusan konseptual yang mengarah kepada perilaku baik. “Kita harus melakukan laku lakon, yaitu mengimplementasikan potensi diri untuk menciptakan kebaikan”, imbuhnya.
Gus Aniq menjelaskan konsep Kalimah Thoyyibah, yang merupakan rumusan konseptual yang mengarah kepada role model, yaitu Nabi Muhammad SAW. Konsep ini berfokus pada makarimal akhlak, yang terdiri dari dua aspek yaitu akhlak kesadaran penciptaan (Kholqun) dan laku (Khuluqun). Makarim adalah jama’ dari makromun, yang mengandung isim makan (ruang), zaman (waktu), dan masdar (peristiwa). Konsep ini berfokus pada kesadaran ruang, waktu, dan peristiwa yang dirangkum dalam makarim.
Thoyyibah adalah satu rumusan konseptual berupa potensi yang bersumber dari individu masing-masing dengan menumbuhkan dan mengembangkan individu berdasar dzurriyyah thoyyibah (gen/genom). Arzakon thoyyibah berupa fasilitas atau infrastruktur rezeki, yang terdiri dari fakta mental dan fakta material. Gus Aniq menyampaikan pentingnya memohon ilmu dan rezeki kepada Allah, sebagaimana dalam doa “Robbi zidni ilman warzuqni fahma”. Ketika individu memiliki potensi atas dirinya masing-masing, mereka akan berada pada satu peradaban, keadaan, dan tempat yang di dalamnya terdapat individu-individu berpotensi unggul, qoryah thoyyibah. “Tujuan akhir dari konsep thoyyibah adalah mencapai hayyatan thoyyibah, yaitu sebuah kondisi di mana individu telah mencapai kesadaran yang lebih tinggi dan hidup dalam keadaan yang lebih baik”, imbuh Gus Aniq.
Dalam kehidupan yang lebih baik, pasti manusia sering dihadapkan dengan berbagai tantangan dan kesalahan yang dapat mengganggu perjalanan spiritual. Namun, ada satu keyakinan yang selalu mengingatkan akan kasih sayang dan perlindungan Allah, yaitu “Wa Robbun Ghofur”. Konsep ini mengajarkan bahwa “Allah senantiasa menjaga manusia dari kesalahan, menjamin keselamatan, dan memberikan perlindungan bagi mereka”, tegas Gus Aniq.
Dalam sesi tanya jawab, salah satu jamaah yaitu Mbak Ira mengajukan pertanyaan tentang tindakan yang harus diambil ketika ada perombakan besar terhadap alam. Gus Aniq menjawab bahwa setiap individu harus menyadari perannya dan berdoa untuk kebaikan. “Yang terpenting adalah diri kita sendiri dan kita harus berdoa untuk kebaikan”, katanya. Mas Nur Huda mengajukan pertanyaan penting lainnya tentang bagaimana menciptakan harmonisasi antara Tuhan dan sesama manusia. Kebahagiaan sejati datang ketika kita berserah diri kepada Tuhan dan menerima keadaan dengan syukur. Ukuran kebahagiaan kita bukan terletak pada kekayaan, tetapi pada bagaimana kita bersyukur atas apa yang kita miliki.
Makna Laku atau Lelaku dan Nyantosani
Laku atau lelaku merupakan istilah yang sering digunakan dalam konteks budaya dan spiritual di Indonesia. Istilah ini merujuk pada perilaku, tindakan, atau cara hidup seseorang yang mencerminkan nilai-nilai dan norma yang dianut dalam masyarakat. Dalam konteks ini, laku mencakup berbagai aspek, mulai dari cara berinteraksi dengan orang lain hingga sikap terhadap lingkungan. Di banyak komunitas, laku yang baik dianggap sebagai cerminan dari karakter dan integritas seseorang.
Nyantosani dalam konteks budaya Jawa dapat diartikan sebagai proses yang utuh dan kuat, sering kali terkait dengan praktik dan pengalaman. Makna nyantosani mencerminkan perjalanan dalam mencari ilmu yang tidak hanya bersifat teoritis, tetapi juga praktis. Ini menunjukkan bahwa pengetahuan diperoleh melalui pengalaman dan tindakan nyata. Ilmu yang diajarkan yaitu pentingnya membangun karakter yang baik, berbudi pekerti, dan menjauhi perilaku negatif.
Laku nyantosani berasal dari kata “laku” yang berarti tindakan dan “nyantosani” yang berarti kesadaran. Konsep ini mengajarkan bahwa setiap tindakan harus dilakukan dengan penuh kesadaran dan niat yang baik. Prinsip utamanya yaitu kesadaran, menjalani setiap aspek kehidupan dengan penuh perhatian dan kesadaran. Kedua, ketulusan yaitu melakukan tindakan dengan niat yang ikhlas, tanpa pamrih. Ketiga, kebijaksanaan yaitu menggunakan ilmu yang dimiliki untuk kebaikan diri dan orang lain.
Contoh tembang macapat yang menggambarkan Laku Nyantosani adalah Pucung. Tembang tersebut mengandung makna bahwa ilmu harus diamalkan melalui tindakan nyata. Dalam konteks ini, “laku” berarti usaha atau tindakan yang dilakukan untuk mencapai pengetahuan dan kebijaksanaan, serta menghindari sifat buruk.
Ngelmu iku kalakone kanthi laku : Ilmu harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
Lekase lawan kas : Menggambarkan pentingnya kesungguhan dalam belajar dan berusaha.
Tegese kas nyantosani : Menyiratkan bahwa dengan usaha yang baik, seseorang dapat mencapai
tujuan dan menghindari hal-hal negatif.
Setya budya pangekese dur angkara : Menekankan pentingnya komitmen dan kebijaksanaan
dalam menghindari sifat-sifat buruk.
Gus Aniq menjelaskan bahwa laku nyantosani artinya adalah peka terhadap apapun (kepekaan rohaniah) yang memiliki kebaikan dari arti thoyyib, yaitu mengelilingi dan memungut sesuatu di sekelilingnya untuk mengambil yang paling baik untuk diri kita. Konsep hasanah, soleh, khoir, ma’ruf, dan birri dalam Islam memiliki perbedaan meskipun memiliki arti yang hampir sama secara bahasa. Hasanah lebih cenderung kepada nilai, soleh adalah kebaikan yang patrap (layak) dan memiliki kepekaan aktif, khoir adalah kebaikan, ma’ruf mengarah kepada kebaikan yang diatur oleh aturan tertentu, serta birri melakukan kebaikan tanpa ada pretensi apapun. Gus Aniq juga menjelaskan tentang tadabbur dan tafsir dalam Islam. Tadabbur memiliki makna yang berbeda dan lebih kepada keyakinan dan kepercayaan individu. Dengan demikian, Gus Aniq menekankan pentingnya memahami diri sendiri, memiliki kepekaan rohaniah, dan melakukan kebaikan untuk sesama.