Senin sore (25/12) jam 18.00 WIB, rombongan Pakde Kiai Kanjeng tiba di Masjid Agung Jawa Tengah yang menjadi lokasi untuk acara Milad 24 Tahun Gambang Syafaat nanti malam. Mereka bersama-sama berangkat dari Jogja dengan mengendarai 2 kendaraan 2 long elf dengan menempuh jarak perjalanan 128 km. Keberangkatan mereka ke Semarang dilakukan saat long weekend, di mana banyak masyarakat yang memilih untuk berlibur di berbagai tempat wisata. Hal ini menyebabkan lalu lintas menjadi padat di jalan-jalan utama dan terdapat beberapa titik kemacetan. Selain itu, kondisi cuaca juga tidak menentu.
Di sisi lain, persiapan sudah dimulai sejak tanggal 24 Desember malam di Masjid Agung Jawa Tengah. Meski kondisi di lapangan cukup fluktuatif, termasuk pemasangan tenda yang sudah dimulai sejak tanggal 24 Desember 2023 dan masih berlanjut persiapan teknis lainnya sampai dengan tanggal 25 Desember 2023. Tidak hanya itu, beberapa simpul maiyah di sekitar Semarang juga turut membantu untuk memperlancar acara ini. Perayaan milad Gambang Syafaat ini menjadi pembelajaran tersendiri. Pada sisi lainnya, Milad ini menjadi perayaan altruisme, sebuah orkestra simpul-simpul yang mengajarkan urgensi “berbagi” dalam berkehidupan sosial.
Selain itu Maiyah sendiri mengajarkan banyak hal tentang bagaimana menyikapi keadaan politik. Apalagi akhir-akhir ini bahasan soal politik memang menjadi bahasan yang seksi dalam tiap-tiap obrolan dan sebuah diskusi. Dalam Maiyah, ketika membahas yang menjadi trending di media-media mainstream, berusaha untuk melihat dari berbagai sudut supaya bisa melihat dengan bulatan yang lebih utuh. “Apakah teman-teman disini ada yang tahu visi misi dari calon legislatif di daerah anda masing-masing?” sebuah pertanyaan dari Mas Sabrang untuk membuka sinau bareng di milad ke-24 Gambang Syafaat, sebuah realita yang cukup menggelitik di tataran sosial masyarakat saat ini menjelang tahun politik.
Seorang ibu dengan dua anak yang tidur di pangkuannya. Ia bertanya tentang bagaimana cara kita mencari ketenangan hati saat memilih pemimpin besok. kemudian Mas Sabrang merespon dengan idiom feminisme antara pemilih dan dipilih. Beliau menjelaskan seperti hubungan antara laki-laki dan perempuan, bahwa dalam menjalin hubungan, secara umum perempuanlah yang memiliki kebebasan untuk memilih dari setiap laki-laki yang meminangnya. Sebagai perempuan, juga berhak memiliki kriteria yang tinggi terhadap laki-laki yang dipilihnya. Oleh karena itu, laki-laki sebagai pihak yang dipilih harus mengikuti keinginan wanita sebagai pihak yang memilih. Demokrasi menghormati martabat pemilih sebagai perempuan, dan laki-laki sebagai yang dipilih harus bisa beradaptasi dengan kriteria perempuan.
“Jika perempuan sudah menentukan kriteria dari laki-laki yang dipilihnya, seperti halnya ingin cukuran gundul dan cukur belah setengah, pasti laki-laki akan melakukan hal tersebut karena rasa cintanya agar dipilih”, sebuah guyonan dari Sabrang untuk menghangatkan suasannya, dan juga menjelaskan jika perempuan mempunyai kriteria yang ingin makan siang gratis, ya pasti laki-laki itu akan memberikannya makan siang gratis dan mengabaikan urgensi lainya yang lebih penting. “kalau perempuan itu mempunyai kriteria tinggi seperti dalam menjalani hubungan di tahun setelahnya harus ada visi yang sustain dalam berumah tangga, pasti laki-laki akan adaptif mengikuti dari pemilihnya.
Sabrang juga menjelaskan flashback dari demokrasi yaitu wakil rakyat yang mewakili masalah rakyat, dimana tiap masalah itu akan terjadi di masyarakat itu sendiri, jadi sebagai warga negara yang demokratis, kita juga harus meningkatkan sebuah kriteria yang menjadi acuan dari wakil-wakil rakyat. Kriteria ini juga jika di lebaran dimensinya dapat menjadi trend budaya yang berpikir, tak hanya trend-trend joget-joget visual yang sedikit isi dan pikirnya.
Dan jika membicarakan realitas ruang dan waktu, mungkin meningkatkan kriteria dalam memilih tak semudah membalikan telapak tangan, dan juga membutuhkan waktu yang tak lama, tapi setidaknya teman-teman maiyah sudah menginisiasi sebuh kriteria yang bermartabat, sebuah masyarakat maiyah yang bermartabat dalam memilih, dan mungkin komunal masyarakat yang bermartabat ini akan bertambah seiring waktu.