Dalam suatu kesempatan percakapan dengan Sabrang Mowo Damar Panuluh, saya meminta izin untuk mengupayakan menulis tentang pemikirannya. Dengan santai Sabrang Mowo Damar Panuluh bilang, “Cobanen wae, matur nuwun malah, beberapa penerbit buku juga meminta hal yang sama, tapi belum ada sepertinya yang telah selesai.” Faktanya, sampai hari ini kumpulan tulisan, atau buku yang ingin saya buat tidak terjadi. Saya jadi bertanya dalam hati, apa susahnya menulis tentang hasil diskusi, percakapan, dialog pribadi yang melibatkan Sabrang Mowo Damar Panuluh. Sumber berlimpah di internet, baik versi resmi maupun non resmi.
Dan kesimpulan saya, setidaknya untuk hari ini adalah meng-capture sesuatu yang bergerak cepat tidaklah mudah. Sabrang Mowo Damar Panuluh sepanjang saya bergaul baik secara langsung maupun tidak langsung , adalah sosok yang dinamis dalam berpikir. Pikiran yang terus bergerak bisa jadi karena Sabrang Mowo Damar Panuluh paham betul bahwa dunia memang sedang bergerak cepat. Sebagaimana pendapatnya bahwa “berubah atau punah!” maka Sabrang Mowo Damar Panuluh pun bergerak menyesuaikan pergerakan dunia.
Tentu saja, yang dimaksud pikiran yang bergerak bukan berarti tidak punya pandangan, mencla-mencle. Kalau Anda melihat perkembangan android misalnya, perubahan versi bukanlah berarti ketidakkonsisten, justru itu menunjukan keajegan yang terjaga yakni bertumbuh. Nah, inilah mengapa memotret pikiran orang selalu update, menemukan kesulitan tersendiri.
Tetapi, di tulisan ini saya ingin memotret salah satu saja tentang apa yang saya pahami dari Sabrang Mowo Damar Panuluh. Bisa jadi, apa yang saya tulis ini meleset, tidak presisi lagi ketika dikonfirmasi, karena faktor yang sudah saya sebutkan di awal, Sabrang Mowo Damar Panuluh melakukan update.
Sering sekali perbincangan yang melibatkan Sabrang Mowo Damar Panuluh adalah perihal sains, agama, dan budaya. Tema itu wajar menjadi semacam menu yang wajib untuk seorang Sabrang Mowo Damar Panuluh yang dikenal public sebagai lulusan Matematika dan Fisika, sebagai anak dari Emha Ainun Nadjib dan sebagai vokalis Letto.
Perihal Sains, Sabrang Mowo Damar Panuluh memberikan pondasi yang cukup keren dengan menawarkan kalimat ini: Tidak ada kebenaran dalam Sains, yang ada adalah kebelumsalahan. Kalimat ini, arahnya jelas bahwa melihat alam raya atau semesta, tidak pernah ada kata titik. Dan faktanya memang demikian, pengetahuan bergerak terus, selalu update. Ahli kimia di periode tertentu dianggap benar, karena belum di-update. Semakin lama “masa waktu kebenaran”nya bisa jadi semakin tidak salah. Tetapi suatu saat, karena kemajuan pengetahuan, “masa waktu kebenaran” menjadi kadaluarsa setelah ada update dari ahli kimia yang lain, atau update pengetahuan dari ahli kimia yang sama. Dengan sikap mental ini, maka seorang ilmuwan tidak akan terjebak pada kepongahan sains.
Perihal agama, meski Sabrang Mowo Damar Panuluh lebih suka mengatakan “Qur’an wae”, sebab agama mengalami kerancuan pengertian, Sabrang Mowo Damar Panuluh memberikan kalimat yang jelas. Utekmu tidak bisa menjelaskan semua hal, maka ambillah Qu’ran sebagai konstanta. Dari kalimat ini, Sabrang Mowo Damar Panuluh ingin memberi semacam landasan kepasrahan dalam mengakrabi qur’an. Di saat yang sama Sabrang Mowo Damar Panuluh ingin mengarahkan bahwa dalam beragama kita tidak bisa merasa benar sendiri, sebab keterbatasan otak dalam memahami koherensi quran. Tentu saja pembahasan perihal ini bisa berjilid-jilid, dan akan kemana-mana, tetapi untuk membuat ringkas, saya ingin mengatakan seperti ini; Menjadikan Qur’an konstanta, dan mengakrabinya terus menerus untuk berdialog dengan Tuhan sebagai konsekuensi memilih menjadi muslim, dengan menghindari kepongahan dalam beragama, itulah pointnya.
Perihal budaya, secara spesifik saya tidak berhasil memotret dengan gamblang bagaimana Sabrang Mowo Damar Panuluh berpandangan. Mungkin karena cakupannya luas dan berhubungan dengan manusia yang dinamis, membuat ringkas justru menimbulkan permasalahan kemudian. Tetapi, ada kalimat yang seingat saya terlontar dari Sabrang Mowo Damar Panuluh untuk menjadi semacam fatwa; Setiap orang bertumbuh, siapa yang paling menebarkan kebermanfaatan, itulah indikator pertumbuhannya. Sabrang Mowo Damar Panuluh sering sekali mengingatkan untuk menjadi pribadi yang otentik, sebab masyarakat adalah kumpulan pribadi-pribadi. “Jangan mengutuk masyarakat, jadilah pribadi yang baik, mengko suwe-suwe masyarakat kan yo apik.”. Bagi saya, kalimat itu cukup untuk memberi semacam kesabaran dalam proses berubah, sekaligus arah pertumbuhan.
Jika saya menuliskan lagi perihal Sabrang Mowo Damar Panuluh, semakin mungkin terjadi ketidakupdate-an, maka saya membatasi diri.
Mungkin Anda mengalami hal yang sama ketika ingin menulis sesuatu tentang Sabrang Mowo Damar Panuluh, saran saya tulislah.
Saya menduga Sabrang Mowo Damar Panuluh tersenyum dan seolah berkata: “Kejarlah daku, kau akan bertumbuh!”
Akhirnya, Barakallah Kakak …. Sehat, Manfaat, Sukses Dunia Selamat Akhirat!