Ibnu Sina adalah seorang ilmuwan, filsuf, dan dokter dari abad ke-10 yang memiliki pengaruh mendalam pada perkembangan pengetahuan di seluruh dunia. Al-Ghazali, filsuf dan teolog muslim abad ke-11 yang berkontribusi dalam menjembatani filsafat Yunani dengan pemikiran Islam dan mengembangkan konsep-konsep teologis. Ibnu Rusyd, filsuf dan ilmuwan muslim abad ke-12 yang berupaya menyatukan filsafat Aristoteles dengan pemikiran Islam sehingga karyanya memiliki dampak besar pada perkembangan pemikiran di Eropa. Ibnu Khaldun juga seorang sejarawan, filsuf, dan ilmuwan muslim abad ke-14 yang dikenal karena karyanya “Al-Muqaddimah” yang membahas tentang peradaban, ekonomi, dan perkembangan masyarakat.
Mereka adalah sebagian dari banyak tokoh perintis yang memberikan kontribusi besar dalam kerangka pemikiran dan tradisi Islam. Berdasarkan contoh tersebut, perintis dapat diartikan sebagai seseorang yang menonjol dalam memperkenalkan, mengembangkan, atau memimpin bidang dan pergerakan tertentu. Umumnya perintis adalah orang yang berani, kreatif, dan inovatif dalam menghadapi tantangan atau situasi yang belum pernah terjadi sebelumnya. Perintis bisa muncul di berbagai bidang; seperti teknologi, seni, ilmu pengetahuan, bisnis, dll. Keberanian dan semangat eksplorasi perintis membuatnya menjadi agen perubahan yang penting dalam masyarakat.
Jika berbicara mengenai kriteria, seorang perintis dikenal karena kemampuannya untuk berpikir kreatif dan menghasilkan ide-ide orisinal. Seorang perintis juga bersedia mengambil risiko serta menghadapi ketidakpastian untuk mencoba hal-hal baru. Perintis memiliki visi yang jelas tentang apa yang ingin dicapai dan didorong oleh tujuan yang kuat. Perintis bisa beradaptasi dengan perubahan dan bersedia mengubah strategi berdasarkan informasi baru. Perintis bisa mempengaruhi dan menginspirasi orang lain untuk bergabung dengan tujuan atau mengadopsi idenya. Perintis juga mampu meninggalkan dampak yang berarti serta menciptakan warisan yang mempengaruhi generasi mendatang.
Namun, perlu diingat bahwa menjadi seorang perintis juga memiliki risiko dan tantangan, termasuk ketidakpastian, kegagalan, dan tekanan untuk terus berkinerja tinggi. Keputusan untuk menjadi perintis harus diambil dengan pemahaman yang mendalam tentang tanggung jawab dan dampak yang terkait dengan peran tersebut.
Maka spektrum lainnya adalah pewaris, yaitu individu yang memberikan dukungan, baik aktif maupun pasif, terhadap gagasan, usulan, atau tujuan dari seseorang atau entitas tertentu. Pewaris menerima, mengadopsi, dan mengikuti pandangan, nilai, atau prinsip yang diberikan oleh sumber lain. Pewaris akan melanjutkan tradisi, norma, atau praktik yang ada dalam masyarakat atau kelompok tertentu. Menjadi seseorang pewaris memberikan beberapa keuntungan. Mengikuti pola konvensional dapat memberikan stabilitas dan prediktabilitas dalam kehidupan sehari-hari karena mengandalkan rutinitas yang sudah mapan. Dengan menghindari eksperimen atau perubahan radikal, pewaris mungkin lebih terlindungi dari risiko besar atau kegagalan yang mungkin terjadi dengan inovasi yang berani.
Namun, bersikap konvensional juga dapat menghambat inovasi dan perubahan yang mungkin bermanfaat. Ada peluang yang terlewatkan karena tidak berani keluar dari zona nyaman, serta terlalu terpaku pada norma-norma yang ada bisa menghambat kreativitas dan eksplorasi. Bersikap konvensional mungkin membuat seseorang kehilangan kesempatan untuk menciptakan dampak besar dalam bidang tertentu.
Penting untuk diingat bahwa tidak ada satu pendekatan yang lebih baik daripada yang lain. Keduanya memiliki nilai dan kepentingannya sendiri dalam berbagai situasi dan konteks. Ketika masyarakat mengalami perubahan sosial besar atau kemajuan teknologi yang signifikan, perintis dibutuhkan untuk mengidentifikasi peluang baru dan mengatasi tantangan yang muncul. Ketika ada masalah kompleks yang belum memiliki solusi yang efektif, perintis dapat membawa pendekatan inovatif dan kreatif untuk menemukan solusi yang berbeda.
Pewaris juga memiliki peran yang penting dalam berbagai kondisi dan situasi. Dalam situasi di mana pendekatan yang telah teruji dan terbukti berfungsi dengan baik, individu dengan pemikiran konvensional dapat menjalankan pendekatan tersebut dengan efektif. Dalam situasi dengan ketidakpastian yang rendah atau perubahan yang lambat, pewaris dapat meminimalkan risiko yang terkait dengan eksperimen yang berisiko tinggi. Pewaris membantu memelihara keharmonisan sosial dan menjaga hubungan positif dengan orang lain yang cenderung mengikuti norma.
Dalam berbagai situasi, kombinasi pemikiran inovatif dan konvensional seringkali diperlukan untuk mencapai tujuan secara efektif. Orang-orang dengan kedua jenis pemikiran ini dapat saling melengkapi dan berkontribusi pada kesuksesan keseluruhan. Untuk mengambil peran tersebut, setiap individu harus melakukan evaluasi kualitas pribadi seperti kreativitas, ketekunan, inovasi, ambisi, dan kesiapan mengambil risiko. Tinjau pengalaman dalam memimpin atau memengaruhi orang lain, apakah diri merasa nyaman dalam peran ini. Mengambil risiko terukur untuk melihat bagaimana diri merespon dan belajar dari pengalaman tersebut. Meningkatkan keterampilan seperti berpikir kreatif, berkomunikasi dengan efektif, dan mengelola risiko. Menjelajahi bidang-bidang baru atau tantangan baru untuk melihat sejauh mana sikap dalam menghadapi ketidakpastian.
Setiap individu memiliki peran penting dalam masyarakat dengan kemampuannya sendiri, dan perintis dan pewaris hanyalah dua dari banyak peran berharga yang ada di dunia ini. Peran sebagai perintis melibatkan tanggung jawab, risiko, dan tuntutan yang mungkin tidak sesuai dengan preferensi, minat, atau kemampuan semua orang. Setiap individu memiliki peran yang unik dalam masyarakat dan memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Beberapa orang cocok untuk menjadi perintis, sementara lainnya mungkin nyaman dalam peran pewaris yang lebih konvensional. Penting untuk menghormati peran yang beragam ini, karena semuanya berkontribusi pada perkembangan dan keberhasilan masyarakat secara keseluruhan.