Di dalam bukunya Inilah esai, (2016) Muhdin M. Dahlan bercerita tentang proses menulis Emha Ainun Nadjib atau Cak Nun atau Mbah Nun. Waktu itu Muhidin bertanya kepada Mbah Tejo atau Sujiwo Tejo, tentang proses menulisnya yang cepat di tengah kesibukannya berkesenian dan menghadiri acara-acara. Mbah Tejo mengungkapkan bahwa kecepatanya menulis cepat karena dia terlatih saat dulu menjadi wartawan.
Namun menurut Mbah Tejo, kecepatan menulisnya masih kalah cepat dibanding Mbah Nun. “Cak Nun itu dalam kondisi bercakap-cakap saja sebetulnya ia sedang menulis esai. Sewaktu percakapan usai, jadi esainya satu. Cak Nun memiliki kemampuan bukan hanya menulis sangat cepat, tetapi mampu menabrakkan soal satu dan lainnya dengan luar biasa cepatnya. Esai Cak Nun sudah jadi sejak dalam pikiran.” Tutur Mbah Tejo.
Menurut Muhidin dalam buku itu, dengan kemampuan menulisnya yang luar biasa cepat telah terbit lima puluhan lebih buku esainya, itu belum buku puisinya. Esainya mungkin sekitar 3000–an menyebar di berbagai media nasional.