Siapa bilang mengelola sebuah forum masyarakat selama dua puluh satu tahun itu mudah? Tidak ada yang menyangka bahwa Gambang Syafaat bertahan dan terus berjalan selama dua puluh satu tahun, tentu dengan dinamikanya. Juga tidak ada yang berani sesumbar bercita-cita akan terus terlaksana sampai batas waktu tertentu. Para penggiat dan jamaah Gambang Syafaat hanya melakukan apa yang bisa dilakukan, sebisa-bisanya. Ada yang puluhan tahun bertahan aktif, ada yang semi aktif, ada yang pasif tetapi mengikuti. Gambang Syafaat sebagaimana forum maiyahan lainnya tidak menuntut apa pun kepada penggiat dan apalagi jamaahnya. Penggiat adalah sukarelawan yang berkomitmen, berkomitmen untuk sukarela. Jamaah adalah makhluk Allah yang rindu akan suasana guyub, gerrr, berhikmah, penuh kebersamaan, cair, alamiah. Mereka digerakkan oleh energi bernama Maiyah.
Tetapi tentu saja ada pikiran-pikiran yang mampir di kepala, sudah sekian tahun ber-Gambang Syafaat, apa yang diperoleh? Atau bisa jadi sebaliknya, sudah bertahun-tahun ber-Gambang Syafaat apa saja yang telah diberikan? Para penggiat tidak mbagusi, menyatakan bahwa keberlangsungan Gambang Syafaat adalah karena pontang-pontang mereka. Demikian juga jamaah, mereka bukan anak burung berusia kurang dari dua minggu yang disupply total oleh forum, jamaah paham betul bahwa Gambang Syafaat adalah ruang tumbuh, atmosfir berproses, ekosistem kesadaran, untuk masing-masing menemukan diri yang otentik. Benar bahwa terjadi pengorganisasian pikiran yang dilakukan oleh forum, tetapi tidak bersifat mengikat, tetapi lebih seperti mempertebal arsiran yang telah ada di kepala para jamaah.
Lalu, berhasilkah? Sukseskah? Jika ditanya, para penggiat dan jamah mungkin justru akan bertanya balik, mengajukan pertanyaan yang mempertanyakan. Yang berhasil siapa? Sukses tentang apa? Di Gambang Syafaat, kurikulum tetapnya adalah dekontruksi, menggunakan kalimat apa iya. Untuk Sekadar merumuskan sukses dan berhasil saja, bisa ditemukan kemungkinan-kemungkinan yang berderet-deret. Sejauh ini, sepertinya rumusan tambah suwe tambah sae adalah yang bisa ditawarkan untuk direnungi, dibijaksanai menjawab pertanyaan berhasilkah?.
Tambah sae apane? Dua puluh satu tahun adalah waktu yang cukup suwe. Jamaah mempunyai pengalaman berbeda-beda untuk menghayati tambah suwe tambah sae, begitu juga para penggiat. Bisa jadi ada yang tambah sae rejekinya, tambah sae sikap hidupnya dalam memandang segala hal, tambah sae perilaku sosialnya, tambah sae logika untung rugi dunia akheratnya, tambah sae hidmat ibadahnya, dan banyak lagi tambah sae lainnya. Tidak ada yang tidak beranjak kemana-kemana, bahkan jika selama dua pulah satu tahun merasa tidak mendapatkan apa-apa dan tidak ada perubahan apa-apa, sebab mendapatkan pengalaman ber-Gambang Syafaat adalah added value juga. Seringkali Mbah Nun berkata: “bisa jadi kamu tidak paham, sekarang, serap saja dulu, mudah-mudahan kelak saatnya apa yang kamu alami di maiyahan akan menemukan momentum kebermanfaatanya.”
Maka di perayaan dua puluh satu tahun gambang syafaat ini, tidak berlebihan kalau semua yang terlibat, baik langsung tidak langsung, meneguhkan diri untuk netepi tambah suwe tambah sae. Semoga istiqomah.