Laki-laki bertubuh kurus dan doyan merokok itu bernama Ilham. Kini, tercatat sebagai mahasiswa jurusan administrasi publik di Universitas Diponegoro. Demi menyambung hidup, juga nyambi sebagai juru servis laptop. Pada 25 Agustus 2019 malam, ia untuk pertama kalinya tampil di publik. Sesuatu yang sebelumnya selalu ia tolak dan hindari. Alasannya sederhana: ia mengaku sebagai orang pemalu dan tidak percaya diri tampil di publik. Namun, berkat anjuran Mbah Nun agar setiap simpul menyelenggarakan wokrshop saat pergelaran rutinan sinau bareng, ia bersedia menahan rasa malunya untuk tampil di publik, berbagi cerita dan berbagi ilmu kepada jamaah Maiyah Gambang Syafaat. Sebab, apa yang dilakukan Mas Ilham berkaitan dengan tema workshop yang diberikan Mbah Nun, yakni manusia nilai, manusia pasar, manusia istana.
Barangkali Mas Ilham juga tidak menyangka apa yang telah dilakukannya akan berguna kepada orang banyak dan orang banyak bisa mendapat pelajaran dari pengalamannya. Semua ini bermula berkat keisengannya membuat akun instagram bernama @guyon.maiyah. Pertemuan pertama dengan sosok Mbah Nun di yutub membuatnya tertarik untuk mengambil isi ceramah Mbah Nun yang lucu saja. Tidak jarang, setiap malam boyoknya terasa keras karena duduk berjam-jam menyuntuki video ceramah Mbah Nun. Mas Ilham mengaku tidak pernah menggunakan video potongan yang terkesan seolah-olah Mbah Nun memusuhi kelompok tertentu atau mendukung salah satu calon presiden tertentu. Ia memilih video yang berdurasi lama, utuh, dan tidak lepas konteks dari apa yang disampaikan Mbah Nun. Cara itu ditempuh untuk menghindari kesalahpahaman penonton video dalam mencerna ceramah Mbah Nun.
Ide awal pembuatan akun instagram yang berisi potongan video ceramah Mbah Nun itu didasari semangat berbagi sesama jamaah yutubiyah. Bagi yang baru mendengar istilah jamaah yutubiyah tidak usah kaget. Mungkin tanpa Anda sadari, Anda termasuk anggotanya. Kira-kira apa yang disebut jamaah yutubiyah adalah jamaah Maiyah yang lebih sering mengikuti sinau bareng Mbah Nun lewat streamingan di yutub ketimbang ikut sinau bareng secara langsung. Keuntungan menjadi jamaah yutubiyah adalah kita tidak perlu duduk berjubel dengan jamaah Maiyah lain saat menyimak ceramah Mbah Nun. Dan kerugiannya, kita gampang terjebak pada ceramah-ceramah Mbah Nun yang dipotong-potong seenaknya, sehingga lepas konteks dengan maksud yang sebenarnya.
Mas Ilham berawal dari situ. Ia menjadi jamaah yang rajin menyimak ceramah Mbah Nun dari depan layar kaca. Bahkan, dulu pengalamannya selama dua tahun tinggal di Jogja, hanya dua kali saja ikut secara langsung sinau bareng di Mocopat Syafaat. Selebihnya, selama puluhan kali, ia rajin menyimak video ceramah Mbah Nun yang lengkap dan utuh di yutub. Durasi ceramah itu bisa tiga sampai empat jam. Ia menyimaknya sembari mengingat bagian mana yang pas untuk dijadikan bahan postingan akun instagramnya. Dalam memilih bagian isi ceramah itu, Mas Ilham mengakui harus jeli dan teliti. Ia harus memastikan potongan video yang diunggah di instagrammya tidak akan bisa dijadikan orang lain untuk menyudutkan kelompok, golongan, orang tertentu. Maka dari itu, ia memilih bagian yang lucu saja. Lucu yang berisi. Guyon yang bermakna.
Dari hari ke hari follower instagramnya terus meningkat. Itu yang membuat kotak pesan di instagrammnya tidak pernah sepi. Beberapa kali, pesan itu berisi tawaran iklan. Bermacam-macam jenisnya. Ada produk makanan, pakaian, dan tidak luput juga—maaf—produk memperbesar penis dan payudara. Bohong besar kalau ia tidak tergoda menerima uang dari tawaran iklan tersebut, katanya. Namun, saat hendak menerima tawaran iklan tersebut, ia merasa ada ketidaknyamanan hati. Ia merasa mungkin ini bukan jalan yang benar untuk mendulang rupiah dari mengunggah postingan video Mbah Nun di instagramnya. Baginya, ada orang yang merasa tercerahkan atau bertambah ilmunya setelah melihat video hasil dari kerjanya sudah lebih dari cukup. Selebihnya, ia hanya mengharapkan berkah dari Mbah Nun.
Sebagai pelaku pengelola akun instagram berisi materi sinau bareng atau maiyahan. Mas Ilham sangat menyayangkan beberapa pengelola akun instagram yang membawa embel-embel nama Maiyah atau Mbah Nun tetapi tujuan sebenarnya adalah mencari uang. Terkesan, pengelola akun seperti menjual nama Maiyah atau Mbah Nun demi keuntungan pribadi. Namun, itu semua pilihan dan kembali kepada diri masing-masing. Bagi Mas Ilham sendiri, keputusannya menolak iklan di akun instagramnya adalah usaha menjaga keikhlasan dari laku berbagi ilmu Maiyah di jagat dunia maya. Dari sini, pengalaman Mas Ilham telah mengajarkan kita, kesempatan menjadi manusia pasar ia tolak. Sebab, kesempatan itu didapatkan dengan cara menggadaikan nilai. Ia bersedia menjadi manusia pasar saat hanya menjadi juru servis laptop saja. Tidak dengan menggadaikan atau merupiahkan konten instagramnya. Begitulah pengalaman Mas Ilham mengelola akun @guyon.maiyah. Darinya kita bisa belajar ketepatan menempatkan diri dan membuat keputusan. Matur suwun Mas Ilham atas kesediannya berbagi ilmu pada kesempatan kali ini.