Tuhan menyeru kita untuk belajar-sepanjang usia, tak terbatas ruang. Tetapi Tuhan tidak menghimbau kita untuk menjadi hebat, dan kemuliaan di sisi Allah adalah taqwa. Ini adalah presisi yang perlu kita pelajari.
Kesabaran, keuletan, ketelatenan, dan sikap pantang menyerah dalam meraih ilmu mencapai pengetahuan dan kemampuan itu bukan untuk menjadi hebat tetapi menjadi ahli. Beda antara hebat dan ahli. Jika hebat (harusnya) pengakuan dari luar atas keahlian individu, sedangkan ahli adalah yang diupayakan oleh diri. Seorang ahli tidak harus merasa hebat karena memiliki kesadaran bahwa keahlian yang ia peroleh adalah amanah.
Menjadi ahli sebagai amanah adalah menghadirkan Allah dan Rasulullah dalam setiap perjalanan menempuh keahlian. Pencarian ilmu untuk meraih keahlian itu karena amanah kemanusiaan sebagai khalifah, pengelola di muka bumi.
Seorang khalifah memandang dunia dengan pandangan cinta bukan menguasai, bukan rakus menelannya. Bumi dibelai, angin disapa, air dicecap dengan kasih sayang. Makhluk-makhluk itu saudara satu sesembahan.
Kehebatan yang hanya merasa itu bisa membuat individu dan sebuah bangsa terlena dan jatuh terpuruk. Kepercayaan diri itu muncul dari keahlian. Karena amanah pengelolaan kepada manusia maka manusia harus belajar menjadi ahli, karena keahliannya didasari pada kehadiran Allah maka ia menyapa dunia dengan cinta. Seorang yang ahli hanya minder kepada Allah dan karena Allah, ia tidak minder karena alasan ras, tidak tunduk warna kulit, bangsa adidaya, dan kekuatan-kekuatan ilusi.
Kita adalah khalifah yang berkenduri cinta, menyuguhkan keahlian dengan cinta dan selalu waspada agar tidak terjebak pada penghebatan diri. Selamat Ulang Tahun ke-18 Kenduri Cinta Jakarta. (Red).