Kebiasaan orang zaman dahulu kalau seandainya sedang rindu pada seseorang kekasih, pasangan hidupnya atau keluarganya saat posisinya berada pada jarak yang jauh dan sebelum ada teknologi komunikasi, yang biasa dilakukan ketika rindu, hanya bisa melihat foto seseorang yang sedang kita rindukan, bisa juga saling kirim surat lewat kantor pos. Tapi zaman sekarang kebiasaan kirim surat-menyurat sudah jarang dilakukan, mungkin karena sekarang kita semua sudah canggih. Semua bisa kita akses melalui teknologi komunikasi yang sedang kita pakai saat ini, seperti komunikasi melalui handphone, video call dan lain-lainnya. Mungkin masih ada cara lagi seperti orang-orang yang lakukan zaman sekarang ini.
Lain halnya ketika rindu pada seseorang artis, seniman, budayawan atau tokoh-tokoh yang lainnya yang kita kagumi ataupun kita jadikan panutan. Zaman dahulu sebelum ada medsos, kita hanya bisa melihat mereka di acara televisi-televisi, itupun tidak setiap hari hadir di tayangan acara televisi, ada jadwal tayangannya sendiri. Tetapi zaman sekarang kita bisa mengunakan aplikasi di medsos, seperti via youtube, live streaming via instagram, via facebook dan lain-lainya lagi. Tidak harus menunggu tayangan mereka hadir di televisi, setiap hari kita bisa melihat mereka di hadapan kita melalui aplikasi tadi. Tentu rasa rindu kita pasti akan terobati kepada orang yang kita kagumi, kita rindukan atau kita jadikan panutan. Namun kalau seandainya rasa rindu belum terobati, ada juga kadang rela jauh-jauh, menempuh jarak perjalanan berkilo-kilo meter hanya untuk menemui seseorang yang kita kagumi dan kita rindukan.
Seperti yang dirasakan para Jamaah Maiyah ketika sedang rindu kepada seseorang yang tidak pernah berhenti memberikan ilmu-ilmu dan bekal-bekal hidup kepadanya, yaitu Mbah Nun dan KiaiKanjeng. Entah perasaan apa yang sudah tersimpan dalam hati para JM dari berbagai tempat ini, bertemu sama Beliau-beliau meski baru beberapa minggu atau beberapa bulan saja, rasa rindunya para JM kepada beliau-beliau ini selalu hadir. Semacam terdapat magnet yang terjalin dalam hati kita masing-masing, seperti Mbah Nun menyampaikan tentang segitiga cinta Allah-Rasulallah dan kita semua. Kadang di saat rindu pada acara sinau bareng, ketika jarak yang terlalu jauh untuk saya hadiri, yang biasa saya lakukan sebagai JM hanya melihat acara sinau bareng via youtube, mungkin bukan hanya saya saja yang melihat via youtube, saya juga sering menjumpai orang-orang melihat acara ngaji bareng Mbah Nun dan KiaiKanjeng via youtube.
Seperti saat berada di warung kopi misalnya, ketika lagi ngobrol asyik sama teman-teman, sering terdengar suara Mbah Nun dan KiaiKanjeng di telinga saya, ternyata saat saya menyapa orang tersebut baru melihat acara ngaji bareng lewat youtube. Lantas saya langsung mengajak kenalan dengan orang tadi, kemudian ia memberhentikan dulu video di youtubenya tadi. Saya ajak kenalan dulu dan tidak masalah, ia juga sudah paham, di manapun para JM bertemu sudah seperti kerabat sendiri, lalu kita lanjut ngopi lagi, bersama-sama melihat video Mbah Nun dan KiaiKanjeng via youtube yang diputar tadi. Saya sendiri menjumpai peristiwa kayak begini memang tidak hanya satu kali atau dua kali. Banyak di antara para JM yang karena kendala jarak untuk menghadiri acara sinau bareng, pada akhirnya hanya mengobati rasa rindunya pada Beliau-beliau via youtube.
Pernah saya bertanya pada beberapa JM yang berada di aplikasi grup Whatapps di handphone saya. Mungkin karena rasa penasaran saya, lalu saya bertanya, bagaimana yang teman-teman rasakan sebagai JM, ketika sedang rindu kepada Mbah Nun dan KiaiKanjeng. Perasaan kalian bagaimana ketika menonton via youtube dan langsung menghadiri acara sinau bareng. Berbagai diskusi berlangsung dan jawaban banyak sekali saat saya bertanya tentang itu, bermacam-macam juga ungkapan-ungkapan perasaan seseorang ketika sedang rindu kepada Mbah Nun dan KiaiKanjeng. Saya tidak bisa menggambarkan ekspresi mereka saat itu, pasti berbagai ekspresi seseorang selalu berbeda-beda. Mungkin seandainya kita bertatap muka langsung akan lebih menyenangkan dan menarik juga bagi saya atau JM yang lain untuk saya ceritakan.
Ada JM yang bercerita dan pernah melihat, tidak hanya pembeli kopi saja yang menonton via youtube, terkadang juga si penjual kopi malah menampilkan acara Mbah Nun dan KiaiKanjeng dari youtube diputar melalui televisi di warung kopinya. Selain memutar via youtube, ada yang menarik lagi di warung kopi tertentu, si penjual kopi malah menghiasi dinding temboknya yang berisi foto-foto Mbah Nun untuk mengobati rasa rindunya pada Beliau. Ada juga JM yang mengungkapkan meskipun berkali-kali memutar video Mbah Nun via youtube dengan materi yg sama, ia tidak pernah bosan melihatnya, tapi baginya melihat Beliau via youtube bukan untuk mengurangi rasa rindunya kepada Beliau, melainkan malah untuk menambah rasa rindunya terhadap beliau, agar dirinya terus terangsang untuk belajar dan terus belajar sinau bareng kepada beliau.
Jamaah Maiyah yang mengungkapkan perbedaan antara via youtube dengan datang langsung ke acara sinau bareng juga ada, karena perbedaan itu pasti ada antara via youtube atau langsung datang sinau bareng dengan Mbah Nun dan KiaiKanjeng. Ia menceritakan saat menghadiri di simpul dan lingkar Maiyah lainnya, ia juga bisa merasakan hadirnya Mbah Nun, meski beliau tidak hadir secara fisik setidaknya hati kita sudah menghadirkan beliau di setiap simpul dan lingkar Maiyah. Mbah Nun sendiri juga sering berpesan kalau beliau selalu hadir di dalam hati kita masing-masing, di manapun kita berada, Insya Allah hati kita selalu bersalaman. Jadi kita lebih menghormati beliau seandainya tidak ada acara jabat tangan saat akhir acara di ngaji bareng, mungkin itu suatu ungkapan kemesraan beliau terhadap kita semua dengan para JM.
Masih ada lagi JM yang awal mulanya hanya melihat via youtube karena memang jarak masih terlalu jauh, namun karena rasa penasarannya dan rasa rindunya, ia diperjalankan menghadiri Maiyahan. Bukan masalah via youtube tidak mendapatkan ilmu tetapi memang ia ingin sekali menuntut ilmu secara langsung, untuk mengobati rasa rindunya pada Mbah Nun dan KiaiKanjeng. Kadang ia datang hanya cuma mendengarkan saja, di angan-angan. Ada yang malah ketiduran saat di lokasi acara dan dibiarkan ilmu itu berproses sendiri meski datang lalu ketiduran. Cukup memahami apa yang mampu dipahami saja untuk dibawa pulang, agar kelegaan hati rindunya kepada Mbah Nun dan KiaiKanjeng terobati. Selama menonton via youtube ada juga malah lebih senang walaupun tidak secara langsung bertemu dengan Mbah Nun, tetapi ilmunya tetap mengalir. Ia juga ingin setiap ada acara sinau bareng selalu diunggah via youtube agar bisa mengikuti perkembangannya ilmu-ilmu yang disampaikan oleh Mbah Nun.
Ada lagi JM yang melihat via youtube Mbah Nun dan KiaiKanjeng sebagai pengobat rindu untuk nyedulur melingkar bersama para JM, di saat pikirannya sumpek dan lagi punya masalah. Setelah melihat via youtube Beliau-beliau, ia merasa masalah-masalahnya menjadi berkurang, bilangnya ada semacam energi tersendiri untuk penyemangat dirinya. Saya sendiri juga mempunya rasa tersendiri saat melihat via youtube, di saat Mbah Nun serius kemudian beliau sampai menangis, saya menjadi ikut terharu menangis juga. Saat tertawa kita memang tertawa, karena beliau memang selalu membesarkan hati kita semua para JM.
Peristiwa-peritiwa beberapa tadi memang apa yang diungkapan dan ekspresi para JM sendiri, memang saya bertanya langsung dengan para JM yang saya tanyai di grup Whatapps, banyak ungkapan dan peristiwa yang di alami lagi oleh para JM. Berbagai wujud kerinduannya kepada Mbah Nun dan KiaiKanjeng setiap orang pasti berbeda-beda mengekspresikanya, selagi kita masih mampu mengobati rasa rindu itu tidak menjadi masalah. Mungkin bagi saya dan JM lain sebagai anak dan cucunya Mbah Nun selalu ingin berjumpa dengan beliau, sudah seperti rasa yang melekat pada hati saya. Perjumpaan rindu bermesraan pada Mbah Nun, KiaiKanjeng dan dengan JM lainnya, yang selalu bergembira saat menyatu dalam acara Maiyahan.
Saya juga tidak terlalu berharap kepada Mbah Nun, karena beliau hanya perantara Allah yang selalu dihadirkan Allah untuk anak dan cucunya. Begitupun yang pernah disampaikan oleh Mbah Nun, apa saja yang kita peroleh dan kita nikmati di Maiyah, kita cerdasi kemudian didayagunakan, minimal untuk diri kita dan masyarakat. Jangan sampai apa yang kita peroleh di Maiyah tidak berguna bagi diri kita dan keluarga kita, terapkan ilmu-ilmu Maiyah di dalam diri kita masing-masing. Seandainya Maiyah memang berguna bagi negara Indonesia. Alhamdulillah.
Semoga apa yang selalu disampaikan oleh Mbah Nun bermanfaat untuk kita semua sebagai JM. Dengan segala kerendahan hati, saya selalu bersyukur kepada Allah, karena sudah diperkenalkan dengan Maiyah dan para JM. Tidak sedikit apa yang Mbah Nun tuturkan selalu saya ingat dan saya terapkan sehari-hari di dalam saya bekerja ataupun di keluarga dan teman-teman. Dan semoga para JM selalu istiqomah dalam menjalani perannya masing-masing, entah di keluarga dan masyarakat sekitar kita. Amin Amin Yarobal Alamin.
Jepara, 20 Mei 2018