Pada hari Selasa, 25 Desember 2018, Gambang Syafaat merayakan Miladnya yang ke-19. Sementara itu, hari ini, lincak, edisi khusus 19 tahun Gambang Syafaat memasuki hari ke 19. Artinya 11 hari lagi kita akan merayakan dengan penuh syukur beserta kebersamaan yang tak henti kita rajut semenjak 19 tahun lalu. Waktu kian dekat, hati pun berdebar-debar. Hidayah Allah mana lagi yang akan dinikmati dan syukuri.
Dari perjalanannya, selama 19 tahun, ada yang menarik dicatat, yakni Gambang Syafaat menjadi satu-satunya majlis ilmu, khususnya di Semarang yang memberikan ruang bagi band atau pemusik untuk mengekspresikan ilmu melalui nada, ritme dan suara. Band atau pemusik itu tidak terbatas hanya di wilayah hadroh atau rebana saja. Lebih dari itu, Gambang Syafaat menyuguhkan dangdut, rock, pop, klasik, campursari, gamelanan, koploan, jazz bahkan musik-musik lokal juga ditampungnya.
Keberadaan band atau pemusik yang amat beragam menjadi suatu penegasan bahwa ilmu, pengetahuan, informasi yang terdapat di GS, begitu pula jamaahnya sangat beragam, tidak seragam. Sebagaimana musik jazz. Kalau diingat-ingat ada beberapa band jazz yang pernah mengisi di GS: Beben Jazz Ft. Inna Kamarie, AbsurdNation, juga KiaiKanjeng serta semua band atau pemusik yang tampil di GS. Lo, kok KiaiKanjeng termasuk band jazz?
Mari kita baca sedikit penjelasan Pak Saratri Wilonoyudho: watak jazz adalah memberi tempat kepada setiap instrumen musik untuk menampilkan diri. Mereka boleh improvisasi apa saja, yang penting muaranya adalah harmoni. Ini adalah tauhid. Ibarat jazz itu agama, maka improvisasinya adalah aliran. Satu improvisasi tidak boleh dan tidak berhak mengklaim yang paling baik, paling indah, dan paling benar nadanya, karena semuanya memiliki tempat masing-masing. Jadi kalau aliran dalam agama atau mazhab dan sebagainya masih terkotak dalam klaim kebenaran, maka mereka belum nge-jazz. (KiaiKanjeng dan Jazz itu Tidak Penting. Caknun.com: 13 Oktober 2013)
Dari penjelasan Pak Saratri, pengalir ilmu dan nilai maiyah yang setia menemani Gambang Syafaat bersama Pak Ilyas, Habib Anis dan Om Budi, bahwa apapun bandnya, selama ‘memberikan tempat kepada setiap instrument musik untuk menampilkan diri’, bisa disebut sebagai band jazz. Ini sudut pandang menurut saya dan pak Saratri saja lo. Bisa iya, bisa tidak. Bisa setuju, bisa tidak. Enak to, menjadi jamaah Gambang Syafaat yang tidak dituntut menjadi genre A atau genre B, menjadi aliran C atau aliran D, menjadi madzhab E minor maupun F mayor. Semua jamaah, penggiat maupun pengisi memiliki intrumen masing-masing dan diperkenankan untuk menampilkan diri sebagaimana kapasitas musikalitas yang dimiliki.
Dari perjalanan 19 tahun Gambang Syafaat, dari penampilan musik yang disuguhkan, setidaknya kita punya frame bahwa GS sangat jazzy, GS sangat terbuka dengan kemesraan yang kalian suguhkan, terbuka atas instrumen ilmu, pengetahuan dan informasi yang kita punya. Sementara itu, dari yang saya catat (belum catatanmu ya), ada setidaknya 19 band atau pemusik yang tampil di Gambang Syafaat: 1. KiaiKanjeng, 2. Wakijo Lan Sedulur, 3. Rebana Nurul Asatidz (Upgris), 4. Ready (Undip), 5. Rebana Tanbihun, 6. Swaranabya, 7. Pembloesukan, 8. Dannu Sakkonco, 9. Urva Creato, 10. Biscuittime, 11. Dear April, 12. Eka Band, 13. Musik Biasa Saja, 14. Kidung Syafaat, 15. AbsurdNation, 16. Iki Endonesia, 17. Beben Jazz Ft. Inna Kamarie, 18. Anne Rasmusen, 19. Sujiwo Tejo. Dari 19 yang saya catat itu, mungkin merepresentasi ilmu, pengetahuan dan informasi antar jamaah, antar pengisi, dan antar penggiat yang saling kolaboratif dan saling impovisatif.
Gambang Syafaat menjadi ruang kolaborasi dan improvisasi yang sangat kreatif. Kreatif adalah ruang bagi manusia yang telah melewati kerja keras dan kerja otak. Kreatif juga menjadi ruang kerja manusia-manusia yang sudah mampu menembus keindahan setelah melewati proses benar dan baik. GS punya orang tua, ialah Mbah Nun dan KiaiKanjeng, kreatifitasnya GS yang jazzy tidak bisa lepas dari keduanya.
Selamat Milad GS yang jazzy, simpul Maiyah yang ke 3 dari 63 simpul yang lahir membersamai manusia-manusia jazzy Maiyah. Mabruk alfa mabruk bi id miladik tis’ata asar. Rahayu.