Bicara tentang jarak, setiap orang pasti pernah menempuh jarak saat melakukan perjalanannya menuju wilayah yang akan dituju. Setiap orang sesekali menempuh jarak bisa jadi sampai ratusan kilometer, ada juga yang beberapa kilometer saja. Niat seseorang saat menempuh jarak menuju wilayah yang akan dituju adalah sebuah niat yang tentunya dengan tidak hanya bermodal Bismillah saja. Namun, juga butuh stamina yang fit dan badannya tidak sedang sakit. Tidak mungkin hanya asal berangkat saja, karena resiko dij alan itu lebih tinggi untuk keselamatan kita sendiri. Oleh karena itu mengutamakan keselamatan itu adalah hal yang lebih baik buat diri kita.
Saya pun juga begitu. Setiap menghadiri acara Sinau Bareng atau Maiyahan di simpul Maiyah di berbagai tempat, saya selalu menempuh jarak 100 kilometer lebih, bahkan sampai 500 kilometer lebih, seandainya dihitung saat berangkat maupun pulang. Berpacu dengan kuda besi saya sendiri. Di jalan juga butuh konsentrasi yang tinggi saat on the road. Kadang saya tidak pernah berpikir, sudah berapa jarak yang saya tempuh sampai saat ini ketika menghadiri Sinau Bareng, Maiyahan ataupun di Gambang Syafaat sendiri, simpul Maiyah yang selalu saya hadiri setiap bulannya untuk rindu bertemu dan silaturahmi setiap bulannya.
Alhamdulillah dua tahun terakhir ini saya hanya absen di Gambang Syafaat dua kali di bulan yang sama yaitu bulan November. Jarak tempuhnya sudah tidak saya pedulikan lagi kalau sudah rindu. Saya jadikan jarak bukan sebagai penghalang, namun saya jadikan sebagai penguji sejauh mana rindu bertemu dan silaturahmi kepada sedulur-sedulur Maiyah di wilayah Semarang dan sekitarnya. Setiap tanggal 25 para penggiat Gambang Syafaat juga selalu menempuh jarak untuk berkumpul kembali dengan penggiat lainnya. Mempersiapkan semua yang akan dipakai acara Gambang Syafaat setiap tanggal 25. Tidak perlu dibuktikan kalau para penggiat dan yang lainnya selalu hadir dan bekerja sama dengan yang lain, biarlah pohon-pohon dan tumbuhan yang berasa di sekitar pelataran Masjid Baiturrahman yang menjadi saksi di setiap bulannya.
Saya selalu menjadikan forum rutinan Maiyahan Gambang Syafaat di sini atau pun di forum Maiyahan lainnya untuk menjalin silaturahmi dan sesrawungan antar sesama. Tidak pernah menghitung berapa banyak biaya dan berapa jarak tempuh perjalanan kita datang ke acara ini. Biarkan Allah yang menghitung atas keikhlasan saya datang ke forum Maiyahan seperti ini. Setiap pertemuan di Maiyah saya selalu menjadikannya sebuah bentuk kekeluargaan dengan siapa pun, meski juga tidak ada hubungan darah sekalipun. Supaya dimanapun kita berada bisa bersilaturahmi antar sesama lagi.
Kalau seandainya rasa rindu belum terobati, seperti saya dan para jamaah Maiyah rela berjalan jauh dan menempuh jarak perjalanan berkilo-kilo meter lagi hanya untuk menemui seseorang yang kita rindukan, yaitu Mbah Nun dan KiaiKanjeng. Atmosfer kerinduan mereka kepada Maiyah selalu terbangun entah dimanapun mereka berada. Tidak peduli dengan cuaca yang dihadapi saat itu. Panas terik matahari ataupun hujan lebat, saya selalu menerjangnya. Melawan hujan dan panas matahari di jalan tidak seperti menghadapi mobil dan motor di jalan, mau tidak mau kita tetap melawannya demi sampai ke tempat yang kita tuju.
Begitu juga dengan Gambang Syafaat, tidak peduli bahwasanya para jamaah yang akan hadir banyak atau pun sedikit. Tidak peduli cuaca hujan lebat serta angin kencang dan narasumber yang hadirpun juga tidak tahu siapa, Gambang Syafaat tetap rutin terlaksana dan Gambang Syafaat juga tidak mengacu kepada narasumber yang hadir setiap bulannya. Adanya narasumber adalah rejeki besar bagi Gambang Syafaat dan para jamaah Maiyah. Para narasumber mungkin juga sama dengan para jamaah dan hadirin, sama-sama menempuh jarak berkilo-kilometer untuk hadir mengobati rindu. Butuh perjuangan yang sama agar bisa ketemu setiap tanggal 25 di komplek Masjid Baiturrahman, Simpanglima, Semarang.
Gambang Syafaat selalu menjadi sorotan dari simpul-simpul lain di wilayah pantura, seperti Maiyah Gugur Gunung, Kidung Syafaat, Kalijagan, Semak, Majlis Alternatif dan lain sebagainya. Dari dulu Gambang Syafaat terlahir memang selalu menjadi tauladan simpul-simpul lainnya. Selain Mbah Nun jarang hadir, Gambang Syafaat memiliki keistimewaan tersendiri. Yang terlihat istimewa sudah sangat jelas, setiap acara selesai para jamaah dan hadirin bersama-sama membersihkan sampah yang berada di lokasi dan ikut serta mengembalikan peralatan yang sudah dipakai. Kejadian itu bukan terjadi akhir-akhir ini saja, bahkan peristiwa tersebut sudah berlangsung dari tahun ke tahun.
Sampai saat ini pun peristiwa dan kejadian itu menjadi contoh saat Sinau Bareng di wilayah pantura. Saya melihat peristiwa semacam itu juga terjadi di berbagai simpul saat kehadiran Sinau Bareng Mbah Nun dan KiaiKanjeng. Jelas terlihat dengan mata saya sendiri tahun-tahun belakangan ini, para penggiat dan jamaah turut serta membersihkan sampah yang berserakan setelah acara Sinau Bareng selesai. Salut memang melihat peristiwa tersebut. Siapa yang mau membersihkan sampah tanpa diberi imbalan apapun. Dan saya melihat di Simpul-simpul lain kadang peristiwa itu belum diterapkan oleh para jamaah dan hadirin meski sudah pernah ditegur oleh para penggiatnya. Tapi para penggiatnya sendiri yang pada akhirnya membersihkannya.
Gambang Syafaat setiap tanggal 25 selalu menyajikan suasana kehangatan dan kegembiraan yang berbeda-beda. Adanya pengisi kegembiraan bukan semata-mata diminta untuk mengisi setiap bulannya. Karena ada juga dari awal mula mengikuti Gambang Syafaat para pengisi kegembiraan terlahir saat itu hingga saat ini. Diberbagai sudut kadang dipenuhi para jamaah Maiyah dan hadirin. Terkadang yang hadir juga sedikit hanya duduk didepan panggung saja. Duduk mereka tersebar, ada yang didepan panggung, ada yang didekat sound, ada yang memilih duduk paling belakang sendiri. Dan ada juga yang duduk dibelakang panggung. Gambang Syafaat adalah universitas Maiyah di wilayah Semarang dan sekitarnya, karena menampung siapapun dan bisa dimasuki dari pintu manapun dan sudah jelas terbuka bagi siapapun. Selalu berupaya terus menjadi ruang yang sangat besar untuk menampung siapapun dan bisa dimasuki dari segala sisi. Gambang Syafaat juga selalu berupaya menjadi tempat yang nyaman bagi semua orang.
Posisi semua jamaah dan hadirin adalah Sinau Bareng, belajar bersama. Tidak ada yang guru menggurui. Seandainya ada yang mau mensodaqohkan kegembiraan Gambang Syafaat selalu memberikan waktu dan tempat di panggung. Dan yang disampaikan bukan diklaim satu-satunya kebenaran yang mutlak, akan tetapi bersama-sama menikmati proses mencari kebenaran yang sejati juga mencari keseimbangan berpikir. Tujuan kita Sinau Bareng adalah mencari ilmu, menjalin silaturahmi, menambah saudara. Dan juga membuka wawasan dalam nuansa Maiyah. Untuk hasil mutlaknya kita serahkan kepada Allah Yang Maha menetukkannya, yang penting kita istiqomah menjalaninya.
Wonogiri, 02 Desember 2018