Pada kesempatan acara forum Gambang Syafaat edisi Januari 2018 kali ini, acara kembali digelar setelah kemarin pada bulan Desember 2017 forum Gambang Syafaat menginjak umurnya yang ke-18 tahun. Bagi JM yang berada di wilayah kota Semarang dan sekitarnya, tentu tidak akan melewatkan hari dimana forum Gambang Syafaat akan dilangsungkan. Bukan perjalanan yang mudah bagi saya dan para JM yang lainnya untuk diperjalankan menghadiri rutinan setiap tanggal 25 di forum Gambang Syafaat. Butuh perjuangan dan keikhlasan hati bagi yang berdomisili diluar kota Semarang sendiri untuk menempuh perjalanan menuju lokasi forum Gambang Syafaat.
Sekitar pukul 3 sore hari saya putuskan berangkat menuju kota Semarang, untuk menghadiri acara rutinan forum Gambang Syafaat di komplek Masjid Baiturrahman Simpanglima Semarang. Dibawah awan yang tertutupi oleh mendung dari perjalanan saat berangkat hingga sampai di lokasi acara, saya tetap memantapkan niat saya untuk berangkat ke kota Semarang berkumpul dengan sedulur-sedulur di forum Gambang Syafaat. Sampai di lokasi sekitar pukul setengah 5 sore, di lokasi acara sudah hadir para penggiat-penggiat Gambang Syafaat, sudah bergotong-royong mempersiapkan apa yang sudah seharusnya disiapkan. Dibantu juga para JM yang sudah hadir di lokasi acara hingga selesai menyiapkan semuanya dan alhamdulillah berjalan dengan lancar sampai menjelang ba’da Maghrib.
Setelah ba’da Isya’ terdengar lagu suara Mbah Nun di sekitaran komplek Masjid Baiturahman, terlihat jelas suasana check sound baru dilakukan. Terlihat juga Wakijo dan sedulur sedang menata alat musik mereka dan tampak Mas Wakijo sedang memetik gitarnya juga melakukan check sound. Seperti biasa acara forum Gambang Syafaat dimulai pukul 20:00 WIB. Om mujiono, Kang Muhajir dan Mas Haq sudah hadir di atas panggung kemudian meminta para JM yang sudah hadir segera merapat, agar acara forum Gambang Syafaat segera dimulai.
Mas Haq memulai awal acara dengan pembacaan surat Yasin, kemudian para JM diminta membuka lewat handphone mereka masing-masing untuk turut serta membaca surat Yasin pada malam itu. Dilanjut dzikir munajat dan sholawat, dimulai oleh Om Mujiono kemudian diikuti oleh semua JM yang hadir dan kita diajak berdiri melantunkan shalawat Indal Qiyam bersama-sama. Meski suara bisingnya suasana di sekitaran komplek Masjid Baiturrahman, tidak mempengaruhi seluruh yang hadir, mereka tetap khusyuk melantukannya. Semoga dengan keikhlasan kita ber-Munajat dan ber-shalawat, Kanjeng Nabi selalu memberi syafaatnya kepada kita semua, selalu senantiasa memberi bimbingan kita ke jalan yang lebih baik dan juga Allah selalu meridhoi kita semua pada malam itu.
Pada sesi awal setelah pembacaan surat Yasin, berdzikir munajat dan shalawat, tidak lupa Gus Muhajir mengajak merumuskan gagasan Piagam Maiyah, kita semua yang hadir diajak untuk membentuk lingkaran, setiap kelompok membentuk dan melingkar berjumlah 9 orang. Lembaran kertas fotokopi pun dibagikan satu per satu agar segera membentuk lingkaran yang terdiri dari 9 orang tadi, guna mewujudkan gagasan Piagam Maiyah. Sekitar 15 menit diskusi para JM yang membentuk lingkaran tadi berlangsung, kemudian bagi yang sudah selesai diharapkan kembali mengumpulkan lembaran kertas tersebut ke atas panggung.
Om Mujiono kemudian meminta mas Yunan turut bergabung di atas panggung untuk ikut berdiskusi tentang apa yang menjadi tema malam itu “Dari Balkon Melihat Zaman”. Sedikit cerita dari mas Yunan yaitu ketika dia menghadiri acara “Doa Untuk Pak Darmanto” kemarin di beranda Suara Merdeka Semarang. Dilanjut oleh Gus Aniq menggambarkan foto pada tema “Dari Balkon Melihat Zaman”, ibarat kita saat di berada diatas melihat suatu keadaan laut yang di gambarkan kotak-kotak pada poster tersebut. Melihat zaman itu untuk apa dan untuk siapa, kita diajak mencoba melihat pada zaman Kanjeng Nabi sampai zaman sekarang, karena posisi kita saat masih tersesat, buktinya kita masih berdoa Ihdinas Shirotol Mustakim.
Sesudah waktu menunjukan sekitar kurang lebih pukul 23:00 WIB, para narasumber dipersilahkan untuk ikut bergabung melanjutkan diskusi yang di awali oleh Gus Aniq tadi. Alhamdulillah malam itu turut hadir Habib Anis, Pak Saratri Wilonoyudo dan Pak Budi Maryono. Pak Saratri masih menceritakan saat Habib Anis bercerita di edisi Gambang Syafaat bulan Desember kemarin, bahwa di Maiyah ini kita selalu diajarkan untuk tetap eling lan waspodo, artinya eling bahwa dari zaman terus berganti kita harus ingat bahwa segala sesuatu yang capai saat ini atas berkat Allah Yang Maha Kuasa, jadi sampai kapanpun kita tetap harus eling. Dan kata waspodo juga memiliki arti sendiri, kita hidup dari zaman ke zaman juga tetap harus waspada, waspada dalam arti selalu waspada apa yang akan terjadi di kehidupan selanjutnya.
Saat asyik kita menikmati ilmu-ilmu yang disampaikan oleh para narasumber, kita juga diajak mas Wakijo lan sedulur bershalawat diiringi alunan musiknya, untuk junjungan Nabi kita yaitu Nabi Muhammad Saw. Terlihat juga Gus Ali hadir sebagai moderator pada malam itu, Gus Ali menceritakan berangkat dari kudus bersama-sama dengan rombongan 11 orang teman-teman dari Semak kudus. Gus Ali juga turut sedikit memaparkan bahwa Maiyah ini ada spiritualitas juga ada intelektualitas, karena dari awal kita juga berdzikir munajat juga bershalawatan, selain itu kita juga berdiskusi, belajar bersama-sama. Lalu dilanjut oleh Pak Budi Maryono, selama hidup kita harus selalu jaga diri dan juga membawa diri, dimanapun berada kita harus selalu menghadirkan Tuhan. Karena problem manusia zaman sekarang ini hanya berhenti pada iman bahwa Tuhan itu ada, namun tidak meyakini dalam kesadaran penuh bahwa Tuhan itu benar-benar ada.
Berbagai diskusi terus berlanjut dengan narasumber yang hadir pada malam itu, lalu Habib Anis memaparkan sifat-sifat Rasulallah yaitu sidiq, amanah, fatonah, tabligh. Dalam ber-Maiyah kita juga harus memahami sifat Rasulallah, entah dimanapun kita berada. Habib Anis juga mengajak kita pada zaman sekarang ini dalam bermedsos untuk menghindari hal-hal yang negatif, lebih baik kita taburi perbuatan-perbuatan yang selalu positif. Belajarlah tetap waspada dimanapun kita berada, karena waspada itu termasuk takwa. Disamping kita serius Menyimak apa yang disampaikan para narasumber, selalu hadir puisi-puisi yang dibawakan oleh mas Miyanto Nugroho, karya-karya puisinya selalu terbaru dan cukup membuat suasana menjadi gembira.
Disesi acara penutupan kembali lagi tampil mas Wakijo membawakan lagu yang berjudul “Mencari Kehadiran”. Setelah pukul 02:00 dini hari, acara ditutup oleh Gus Aniq dengan doa dan dilanjut acara jabat tangan satu persatu kepada para narasumber dan seluruh yang hadir pada malam itu lokasi acara forum Gambang Syafaat. (Galih Indra Pratama)