Gambang Syafaat memasuki usia 19 tahun di 25 Desember 2018. Simpul ini menjadi salah satu simpul inti sebelum banyak simpul tumbuh menghiasi berbagai wilayah yang terhampar di Jawa Tengah. Sebuah proses selama 19 tahun tentunya bukan persoalan sepele, ini perlu kegigihan dan kesaguhan mengemban amanah dengan banyak liku.
Di antara simpul lain yang kurang dari 10 simpul ketika itu, Gambang Syafaat memberikan contoh proses sinau bareng dengan tak menuntut untuk selalu dihadiri Mbah Nun apalagi dengan Kiai Kanjeng. Tentu saja kehadiran beliau selalu dinantikan dan senantiasa dirindukan, namun cara yang diambil oleh jamaah Gambang adalah mencoba menghadirkan beliau dengan berbagai macam nilai, keteladanan, percikan ilmu, yang telah beliau sampaikan baik melalui pitutur maupun perbuatan.
Saya sampai sekarang tetap merasa harus mengapresiasi sejarah jerih payah ini, sebab pertumbuhan GS hingga saat ini, alhamdulillah saya mendapat kesempatan pernah ikut terjun dan terlibat menjadi bagian dari proses dalam perjalanannya. Kondisi membuat GS tak berada di luar namun menjadi bagian kasih sayang yang tinggal di dalam hati.
Gambang Syafaat adalah keluarga yang makin hari makin mandiri dan menebarkan cahaya manfaatnya secara benderang dan meluas. Uniknya, GS seolah menjadi balai pertemuan antar simpul di sekitarnya. Gugurgunung berkomitmen untuk tidak mengadakan kegiatan sinau bareng jika pada malam terakhir berada di tanggal 25. Beberapa penggiat GS juga tak hanya terdiri dari sekitaran kodya Semarang saja, ada Mas Hajir Kalijagan Demak yang tak sedikit berkontribusi baik di panggung maupun di luar panggung, Mas Jion yang juga penggiat MGG senantiasa menyempatkan diri untuk memandu sholawat dan munajat maiyah mengawali majlis digelar. Ada Mas Ali Fatkhan dari SEMAK Kudus yang dedikasinya kepada Gambang plus segala hajatnya di luar kegiatan rutin selalu terlibat secara total. Pak Ilyas dari Kidung Syafaat yang saking setianya mendampingi GS bahkan lebih dikenal sebagai ‘Gambang’ daripada sebagai ‘Kidung’. Dan masih banyak lagi yang merasa selingkup dan seruang pertemuan sehingga tiap tanggal 25 di Baiturrahman sebagai ajang berkontribusi, silaturahmi, temu kangen, dan sinau bareng. Yang namanya sinau bareng maka yang menjadi sumber ilmu adalah Allah swt sendiri dengan rasulullah sebagai penghantarnya, ini landasan maiyah dimanapun sehingga sangat perlu pada awal kegiatan tak meninggalkan sholawat dan munajat, dan semua yang hadir baik di panggung maupun di luar panggung adalah pihak-pihak yang menjadi pengantar dan penyaji ilmu dengan caranya masing-masing.
19 tahun ini menunjukkan bahwa yang bisa disinaoni dari proses GS adalah tetap menjaga keutuhan persambungan secara sungguh-sungguh. Sadar atau tidak, tentunya ini menjadi pengaruh penting bahwa untuk melingkar dan sinau bareng tak harus merepotkan orangtua yang telah menyantuni dengan keteladanan dan ilmu yang mencerahkan. Selamat berulang-tahun Gambang Syafaat, barakallah.
(Mas Agus W.- Keluarga Gugurgunung)