Di era kemudahan dalam memperoleh informasi, gerak waktu menjadi terasa berjalan dengan cepat. Padahal jumlah waktu tak berkurang sama sekali, masih berjumlah 24 jam. Dalam sekejap, informasi yang kita inginkan dapat terpenuhi secara baik dan itu pun dilengkapi dengan beberapa pilihan yang akan memudahkan kita untuk memilah-milah informasi yang paling kita butuhkan. Hal inilah yang telah membuat kita hanyut tanpa merasa waktu telah berjalan lama.
Hidup di era yang dipenuhi informasi haruslah mempunyai sebuah pegangan agar tak goyah di tengah jalan. Layaknya seperti orang yang berlari. Terlebih dahulu untuk dapat berlari, seseorang harus mampu berjalan dengan tegak tanpa goyah, baru setelah itu perlahan mulai belajar berlari dan setelah itu kita tak perlu khawatir apabila ia harus berlari dengan cepat. Begitu juga, kita tak akan khawatir ketika seseorang sudah dibekali pengetahuan perihal cara hidup di era yang serba dipenuhi informasi ini. Di tengah era seperti ini, hadirnya buku Tandur; Mukadimah, Catatan, dan Reportase Gambang Syafaat (2016), garapan Redaksi Gambang Syafaat dapat menjadi bahan bacaan untuk menambah pengetahuan dalam menjalani kehidupan, terutama di masa sekarang.
Kehidupan yang kita jalani setiap hari, tentu harus kita pikirkan kembali. Sebab, apa yang telah kita jalani tak luput dari kesalahan dan kebenaran yang kita yakini selama ini, belum tentu benar selamanya. Bisa jadi di masa mendatang akan berubah menjadi kesalahan. Maka untuk itu, kita perlu melihanya dari berbagai sudut pandang, agar kesalahan dapat terminimalisir dan kita tak terburu-buru menyalahkan pendapat orang lain jika pilihan dalam menyelesaikan masalah berbeda dengan kita.
Ketika sudah dapat melihat dari berbagai sudut pandang, berarti seseorang telah dapat menentukan apa langkah yang seharusnya diambil. Sehingga, ketika melihat perkara yang salah dan diyakini oleh khalayak umum, kita tidak akan hanyut dan ikut pada pendapat yang belum tentu benar. Di tulisan yang berjudul “Dajjal di Zaman Konyol”, garapan Moh Aniq KHB dikatakan “Bangsa Indonesia tidak lagi memiliki ketegasan berpikir, memutuskan untuk tidak berpikir, sengaja tidak mau berpikir atau jika berpikir hanya menggunakan satu mata” (hlm 72).
Sebagai bangsa beragam, bangsa Indonesia seharusnya dapat berpikir luas, tidak memakai satu mata. Tidak karena perdebatan Al-Maidah 51, lalu terjadi aksi besar-besaran. Toh, sekarang aksi itu kini sudah tak terdengar gaungnya lagi. Jika masalah ini memang benar, pastinya sebagai kelompok mayoritas, akan ada orang yang terus memperjuangkan pedebatan ayat itu. Adanya peristiwa ini, tentunya dapat kita jadikan sebagai bahan pembelajaran untuk hari depan agar adegan-adegan seperti ini tak terulang lagi di masa mendatang.
Buku Tandur yang terdiri dari 176 halaman ini memberikan pandangan luas kepada para pembacanya, sebab bahan-bahan yang ada diobrolan ini hampir semuanya telah diobrolkan di Gambang Syafaat (GS) yang diadakan pada tanggal 25 pada setiap bulan. Pandangan-pandangan luas ini ternyata mampu menarik orang-orang yang sedang gelisah terhadap kehidupan sehari-hari untuk datang.
Dalam tulisan Ilmu Telo garapan Harsono kita mendapati ia membawa kegelisahan ke GS lalu mendapat secercah cahaya kecil karena sebuah jawaban. Berikut bunyi jawaban itu, “Fokuslah pada asalnya, jangan teralih fokus pada kembangnya, dibaca fenomena penyertanya, atau dikiaskan fokuslah pada “telo”-nya, jangan teralih fokus pada produk hasil olahan telo.”
Wajar, bila jawaban itu masih dianggap sebagai secercah cahaya kecil, sebab jawaban itu masih membutuhkan penafsiran kembali. Apalagi para pembaca pasti akan membutuhkan waktu untuk merenungkannya agar dapat diambil cahanyanya dan diterapkan dalam menjalani kehidupan. Pandangan-pandangan luas yang ada di dalam buku Tandur ini, dapat menjadi kacamata kehidupan untuk memandang berbagai hal.
Buku Tandur memberi pemahaman yang luas sehingga membuat orang tak hanya berpikir dalam bingkai yang sempit. Sehingga dalam menjalani hidup kita tidak mudah untuk menyalahkan orang, tidak mudah putus asa ketika gagal, serta tidak mudah marah dan akan bersikap lebih ramah kepada semua orang. Buku ini layak menjadi bacaan semua khalayak, sebab tulisan-tulisan di dalamnya memuat berbagai pembahasan masalah yang dapat digunakan sebagai pegangan hidup di era guyuran informasi. (MZA)