Orang memilih pasangan hidup bisa salah, apalagi jika variable utama dalam memilih pasangan hidup adalah wilayah fisik. Fisik bisa dengan mudah dipoles, bahkan hasil polesan bisa jadi permanen. Jika anda mempunyai saudara yang berpacaran dengan perempuan polesan, padahal anda tahu betul bahwa aslinya perempuan yang dipacari oleh saudara anda itu tidak sebagaimana adanya, apa yang anda lakukan? Tentu sebagai saudara, anda akan memberi masukan, membisikan nasehat, atau sampai kepada menyodorkan alternatif pilihan. Tetapi tidak mudah untuk membelokkan pilihan yang sudah menjadi kemantapan hati. Apa yang bisa dilakukan sebagai saudara selain berdoa : tunjukilah kepada saudaraku bahwa yang terlihat adalah yang sebagaimana adanya –Allohumma arinaa kulli syaiin kama hiya, atau kita berdoa semoga polesan yang dipakai oleh perempuan pilihan saudaraku menjadi bukan polesan lagi dan menyatu, mensejati.
Bersyukur kita kalau ternyata yang terjadi adalah perempuan polesan pilihan saudara kita malah menjadi baik, berubah jujur, polesannya mensejati. Kita bisa menyimpulkan bahwa saudara kita cukup kuat dan tangguh menjadi dirinya sendiri, sehingga justru perempuan polesan pilihan saudara kita itu yang “katut” saudara kita.
Tetapi jika kemudian, seiring waktu ternyata saudara kita mendapatkan masalah atas pilihannya itu, bahkan tidak saja mendapatkan masalah, tapi juga menjadi masalah bagi kita semua. Efek salah pilihnya menjadi tak terkendali. Kita mau tak mau menanggung akibat atas pilihan saudara kita.
Bagaimana sikap kita kepada saudara kita itu, apa kita tega membully saudara kita atas pilihan salahnya? Benar bahwa kita telah memberi masukan, membisiki nasehat bahkan menyodorkan alternatif, tapi apa pantas kita mengatakan “rasakno dewe, wis dikandani ora percoyo” atau “kowe ki kandanane angel, wis kono lungo, kowe dudu dulurku maneh, ngene iki aku repot”. Bisa jadi ketika kita bersikap demikian kepada saudara kita itu, kita akan benar-benar kehilangan saudara, dan saudara kita menjadi saudara orang lain, yang belum tentu tulus melakukan persaudaraan.
Perempuan polesan yang saya tulis diatas bisa saja bukan dalam makna sebenarnya, bisa jadi itu pilihan majlis pengajian, bisa jadi itu pilihan laman/web rutin yang dikunjungi, bisa jadi itu pilihan group WA, bisa jadi itu pilihan buku-buku bacaan, bisa jadi itu pilihan tokoh panutan. Pilihan yang mempengaruhi cara pandang dan orientasi hidup.
Hari-hari ini kita dibuat ribut oleh Hoax, masing-masing tidak merasa menyebarkan hoax. Di zaman pasar bebas ide, semua bisa melemparkan berita, informasi. Dengan iming-iming dilipat gandakan kebaikan jika share informasi, orang-orang menjadi latah share. Maka jika yang dishare adalah hoax, betapa fitnah menjalar begitu cepat menguasai pikiran kita semua. Padahal fitnah katanya lebih kejam dari pembunuhan.
Maka sebagaimana judul tulisan ini, lindungilah kami dari kejahatan hoax, Tunjukilah kepada kami kami bahwa yang hoax adalah hoax dan berilah kami kekuatan untuk menolaknya dan tidak ikut mensharenya, dan tunjukilah kepada kami bahwa yang bukan hoax adalah bukan hoax dan berilah kami kesiapan untuk menerima kebenaran. Allohumma arinaa kulli syaiin kama hiya.
Dan kepada saudara kita yang “menikah dengan hoax”, mohon jangan dibully, mereka adalah saudara kita, tetap saudara kita..
Dan itu tidak mudah bukan?