Orang-orang yang dalam mengerjakan sesuatunya terlalu banget-banget biasanya dijuluki fundamentalis. Sedangkan orang-orang yang dalam mengerjakan sesuatunya terlalu sekepenake dhewek, mereka dicap sebagai liberalis. Diantara orang yang menyadari bahwa dari masa ke masa, segala sesuatu yang bisa dikutub-kutubkan akan mudah dibenturkan satu sama lain, fundamentalis-liberalis, kapitalis-sosialis, kultus-demokratis, ekstrim kanan-ekstrim kiri, meraka akan memilih berada ditengah saja.
Menjadi yang ditengah-tengah adalah pilihan yang lebih aman. Meskipun sebenarnya menjadi yang ditengah-tengah tidaklah benar-benar aman. Tidak aman dari resiko eksternal, sebab kita tidak mengerjakan sesuatu secara banget-banget, maka bagi kaum kanan kita dituduh indikatif kekiri-kirian. Sementara sebab kita tidak mengerjakan sesuatu secara benar-benar sekepanake dhewek, bagi kelompok kiri kita diprasangkai kekanan-kananan. Tuduhan yang tak pernah berujung, sebab kecenderungan manusia selalu mengukur segala sesuatu dengan alat ukur yang ada dibenaknya sendiri saja.
Menjadi yang ditengah-tengah juga memiliki resiko internal : bermental ‘lumayan’. Lumayan adalah mental moderat yang berangkat dari sikap batin yang minggrang-minggring akibat tidak memiliki gambar besar atas lokasi tengah-tengah seperti apa yang sebetulnya ia pilih untuk dijadikan prinsip. Tidak serta-merta kita bisa berbangga ketika sudah berhasil memilih untuk tidak menjadi ekstrimis kanan maupun ekstrimis kiri. Kalau kita tidak memegang ‘tengah’ secara ekstrim, hanya sebatas lumayan tidak terlalu ke kanan dan lumayan tidak terlalu ke kiri, kita hanya menjadi umat penengah yang terpinggirkan.