Setelah setahun lamanya tidak bisa hadir dalam forum Maiyah Gambang Syafaat (MGS), akhirnya pada tanggal 25 Mei 2016 kemarin saya bisa hadir juga. Seperti biasa setiap pertemuan akan mendiskusikan hal-hal yang berbeda. Dan kali ini MGS membahas tema yang sebenarnya sudah lama saya rasakan; kemlekeren info.
Tema yang tertulis memang kemlekeren, namun ada pula yang menyebut sebagai kemlekaren. Meskipun berbeda pengejaan tetapi masih dalam definisi yang sama, yakni kelebihan, melampaui batas. Sang pemantik, Mas Ali, menggambarkan kemlekaren ibarat melebihi kuwaregen (kekenyangan) dalam hal makan. Ini menandakan bahwa kemlekaren menunjukkan kondisi penerimaan sesuatu yang overload, tak tertampung lagi.
Kemlekaran info merupakan kondisi masyarakat yang mengalami overdosis informasi. Era digital seperti sekarang ini menjadikan masyarakat tidak kesulitan dalam mengakses informasi. Saking mudahnya, tinggal buka smartphone semua informasi terkover. Dari yang manis sampai yang pahit, penting maupun tidak, semua tersedia hanya dalam satu gadget.
Masyarakat dewasa ini menjadikan informasi bukan hanya sebuah kebutuhan namun sudah bermetamorfosis menjadi sebuah keharusan. Banyak orang yang merasa akan merasa sangat malu jika tidak mengetahui perkembangan berita terkini. Di sinilah permintaan pembaruan informasi meningkat yang kemudian menjadi ladang bisnis informasi.
Bisnis tetaplah bisnis. Di dalamnya membicarakan untung rugi. Begitu pun dengan bisnis informasi. Keuntungan yang didapat dari bisnis informasi bergantung trafik penonton (media tv, youtube) atau pengunjung (website). Apalagi sebuah informasi bisa menjadi viral itu merupakan sebuah keberkahan tersendiri. Alasannya jelas, semakin banyak kunjungan/penonton, perolehan penghasilan dari iklan otomatis meningkat pula.
Prinsipnya mudah dalam menjadikan berita menjadi viral; asal cepat, unik, dan mempunyai kedekatan (emosi) dengan pembaca, atau bisa juga dengan memberitakan berita yang kontroversial. Maka tidak mengherankan media berlomba-lomba menampilkan informasi secepat mungkin.
Cepat tidak akan menjadi masalah jika proseduralnya dipenuhi. Masalahnya, mementingkan kecepatan tanpa memastikan kebenaran informasi bisa berakibat buruk; menimbulkan fitnah, melahirkan keresahan di masyarakat. Contoh kasus saja, pada Januari 2016 lalu TvOne menjadi objek bully-an netizen gara-gara memberitakan berita hoax mengenai pengeboman di Slipi, Kuningan, dan Cikini. Media sekelas TvOne yang notabene televisi nasional pun bisa memberikan informasi yang salah. Apalagi sekarang ini banyak media yang abal-abal. Bermodalkan domain .com dan sebagainya dengan seenaknya menulis berita yang kebenarannnya pun tidak dapat dipertanggungjawabkan. Sebenarnya, dalam dunia kejurnalistikan ada proses yang dinamakan cover bothside (meminta pendapat dua pihak yang berlawanan) dan ceck and receck (pengecekan kembali informasi yang didapat). Namun, dalam faktanya tidak dilakukan demikian. Mungkin itu hanya sebatas teori yang diajarkan di ruang kelas dan tidak penting dilaksanakan di lapangan.
Faktanya memang demikian. Berita belum tentu sebuah fakta. Apalagi tidak jarang sebuah berita diseting pihak yang berkuasa, bisa pemerintah atau pemilik modal. Jika sudah demikian adanya, bersikap skeptif (meragukan informasi sehingga ada keinginan untuk mengecek kembali) menjadi keharusan bagi seperti pembaca/penonton seperti kita. Jangan mau kita diseting, diadu domba oleh pihak-pihak yang berkepentingan atas kita. Pilih dan pilah informasi secara seksama. Ingat! Berita belum tentu fakta. Media sekelas Kompas, Tempo dan lainnya pun tidak lepas dari kepentingan. Maka, skeptif di manapun berada dan apapun yang dibaca menjadi solusi.
Informasi yang kamu terima sangat menentukan sikapmu kemudian. Jika informasi salah yang kamu terima, bagaimana dengan sikapmu? Tentu akan lahir sikap yang salah juga. Kita perlu juga mengendapkan informasi yang diterima sehingga kita tidak menjadi orang-orang yang reaktif namun atas setingan pihak-pihak yang berkepentingan.
Memilih dan memilah informasi menjadi jalan agar kita tidak mengalami kemlekaren info. Salam!
–Sumber–