Gelapnya Masa Depan
Menjadi kepastian bahwa kita tidak tahu apa yang bakal terjadi di masa depan. Maka perjalanan hidup kita adalah mencari rahasia. Tidak usah dibuat rumit, kalo mendengar kata rahasia sepertinya bahasan menjadi sangat filsofis, berat. Tukang jualan tempe, yang putaran rejekinya adalah sehari, besok dapat uang berapa itu menjadi rahasia bagi dirinya. Berbeda dengan seorang pns yang putaran gajinya adalah sebulan. Itu rahasia disisi pemasukan, di sisi pengeluaran tentu demikian juga adanya. Dan masa depan yang dimaksud tentu bukan sekedar rahasia gaji, rahasia rejeki.
Setelah suatu masa kita lewati, barulah kemudian kita mengerti, plong, bisa mengambil hikmah/pelajaran. Seorang dosen dengan gagah berkata; “Jadi dosen itu tidak sulit, sebab mahasiswa secara structural sudah kalah pinter sama dosen”. Tentu saja demikian, sebab beliau sekarang sudah jadi dosen, yang sulit adalah arep dadi dosen. Coba ditanyaken ke pak dosen, jadi dekan gampang apa sulit? Gampang kalo sudah jadi, masalah nya jadi dekan itu mesti ono masa belum jadi dekan.
Pengalaman adalah ilmu
Ada hikmah/ilmu/pelajaran yang bisa diambil dari pengalaman. Siapa yang bisa mengambil pelajaran/ilmu dari sebuah pengalaman ? apa semua orang bisa mengambil ilmu dari apa yang telah dilakoni nya? Tidak semua, hanya orang orang yang mengunakan akalnya lah yang bisa mengambil ilmu dari apa yang telah dilakukan/pengalaman. Apa bisa mengambil ilmu dari pengalaman orang lain ? bisa saja, syaratnya tentu saja penghayatan dan penggunaan akal tadi.
Lalu siapakah sebenarnya saksi/pihak yang paling banyak telah mengalami peristiwa? Bisa jadi jawabannya adalah alam. Bisakah kita mengambil pelajaran dari “pengalaman” alam?
Inna fi kholqis samawati wal ardhi wahtilafil layli wa nahari la ayati li ulil albab , alladzina yadzkuruna aloha qiyaman wa quudan wa ala junubihim wa yatafakkaruna fi kholqis samawati wal ardh, robbana ma kholaqta hadza batila, subhanaka faqina adzabannar (Ali Imron: 190-191).
Alqur’an menginformasikan bisa ! mengapa alquran? Sebab kita percaya “yang menciptakan alam” adalah sama dengan “yang berfirman dalam Alqur’an”.
Dipikir Karo Mlaku
Maka salah satu “sangu/jimat” untuk menjalani masa depan yang gelap adalah “dipikir karo mlaku”. Tidak cuma berfikir saja, juga tidak cuma dijalani saja. Untuk bisa mendapatkan keberanian saat mengalami sekaligus ilmu dari sebuah pengalaman, jimatnya adalah dipikir karo mlaku. Dipikir karo mlaku juga digunakan saat kita diberikan perintah oleh “seseorang/sesuatu yang menurut kita sudah mengalami, atau sudah lebih dahulu sampai”. Saat kita menerima wirid yang kita tidak tahu apa fungsinya, tetapi wirid itu berasal dari orang yang kita percayai telah lebih dahulu sampai, maka kita lakukan wirid itu dengan istiqomah sambil bertafakur terhadap gejala disekeliling kita.
Gambang Syafaat edisi Januari mencoba membagikan “jimat” dipikir karo mlaku sebagai pegangan bagi siapapun saja yang percaya bahwa kita tidak sendiri, kita pada level tertentu adalah “pemain alat music” yang membaca notasi dari Sang Sutradara.
Wallahu A’lam Bishowab