Hijrah, Merantau ?
Ketika anda pergi dari kampong halaman, setidaknya ada dua alasan yang mendasarinya. Yang pertama adalah karena anda diusir, ada perintah yang punya kekuatan mengeluarkan anda dari kampong halaman anda. Bisa jadi anda saat pergi meninggalkan kampong halaman tidak dalam keadaan rela, sebab sebenarnya keinginan anda pergi keluar dari kampong halaman bukanlah muncul dari diri anda. Yang kedua adalah karena ada “kekuranglengkapan/ ketidaksempurnaan” di kampong halaman anda, sehingga anda memutuskan untuk pergi dari kampong halaman anda, berharap menutup “kekuranglengkapan/ ketidaksempurnaan” saat anda di kampong halaman dari kampong / kota lain. Bisa jadi saat anda pergi meninggalkan kampong halaman, tidak ada niatan kembali.
Baik untuk kasus pertama maupun kedua, rela atau tidak saat meninggalkan kampong halaman, ada rencana pulang atau tidak, yang jelas kampong halaman telah memberikan “riwayat” dan “kemelekatan” pada diri anda. Tidak bisa dipungkiri bahwa anda akan memiliki kerinduan kepada kampong halaman. Itulah kemelekatan…
Maka sejauh jauh orang merantau, rumah adalah tempat kembali. Jika hijrah adalah keputusan untuk pindah secara geografis, karena di tempat semula “tidak homebase” , tempat tujuan hijrah adalah tempat yang memberi suasana homebase. Orang yang berhijrah adalah orang yang melakukan perjuangan untuk membentuk “homebase”, melakukan “putar balik” demi mendapatkan keadaan yang sebagaimana diimpikan.
Surga, kampong halaman manusia
Ada pertanyaan menggelitik, saat Adam dikeluarkan dari Surga, apakah neraka sudah ada ? Mengapa Tuhan menghukum Adam mengeluarkan dari Surga, tujuannya ke Bumi, bukan ke neraka, sebagai “polarisasi”nya surga ?
Yang jelas, Adam bersedih, meninggalkan Surga, pergi dari tempat yang nyaman, yang “homebase”. Tempat dimana “kepengasuhan Tuhan” diberikan secara langsung. Membayangkan menjadi Adam, perjuangan Adam di Bumi adalah, bagaimana Bumi diolah, dengan memori Surga. Perjuangan Adam adalah sebagaimana perjuangan orang orang rantau, yang dengan susah payah akan berusaha kembali ke kampong halamannya.
Mudik, Merayakan Kemelekatan
Anda mungkin salah satu perantau yang tiga ratus hari lebih berada di perantauan tetapi hati anda, kerinduan anda tetap pada kampong halaman anda. Beribu ribu orang melakukan tradisi mudik ke kampong halaman, dengan berbagai cara. Mudik adalah merayakan kemelekatan, kemelekatan akan asal usul, keluarga, masa kecil dan sebagainya. Mudik idul fitri adalah mudik geografis yang didorong oleh kerinduan kampunghalaman. Episode Mudik selanjutnya adalah kesadaran bahwa anda adalah anak cucu adam, yang sedang merantau dari Surga. Maka untuk bisa pulang kembali surga, diperlukan bekal yang tepat, serta tahu peta jalan. Dan pada akhirnya Mudik sejati adalah inna lillahi wa inna ilaihi rojiun …