Apa itu ilmiah ? Apa itu Ghoib?
Sesuatu disebut tidak ilmiah boleh jadi hanya karena “kontruksi pemahaman” kita yang belum bisa mencapainya. Padahal setiap orang mempunyai “kontruksi pemahaman” yang berbeda beda. Kontruksi pemahaman yang dimaksud tidak lepas dari jarak pandang, sudut pandang, cara pandang masing masing orang yang beragam.
Bisa jadi, karena tidak samanya “konstruksi pemahaman”, sesuatu dianggap tidak ilmiah oleh seseorang, tapi dianggap “sangat ilmiah” bagi orang lain.
Orang menganggap sesuatu ilmiah atau tidak, biasanya dikaitkan dengan “masuk akal”, rasional. Padahal sebagaimana disebutkan diatas “kaliber” akal manusia tidak seragam.
Lalu apakah yang dimaksud ghoib? Secara harfiah berasal dari kata ghoba yang artinya tidak tampak, tidak hadir (absen), kebalikannya adalah tampak, hadir .. hadhoro.
Apakah sesuatu selalu tampak bagi semua orang ? Apa ada sesuatu yang bagi seseorang “terlihat” sedangkan bagi orang lain “absen”? Jika sesuatu bisa tampak bagi sebagian orang dan tidak tampak bagi sebagian orang apa itu bisa dikategorikan sebagai hal yang ghoib ?
Keterlihatan itu parameternya apa? Apa diukur dengan “mata fisika”, atau cukup/boleh dengan “gejala” ? apakah “alat pandang” semua orang mempunyai “tingkat kejernihan” yang sama?
Banyak hal dan pertanyaan yang bisa ditodongkan untuk membahas ghoib, dan tentu karena mungkin ghoib, bisa jadi tidak pernah menjadi kesimpulan yang “nyata”.
Apakah yang ghoib tidak ilmiah ?
Jika ukuran ilmiah nya sesuatu adalah “masuk akal” dan ukuran ghoibi sesuatu adalah “ketampakan fisik” maka tidak semua yang ghoib tidak ilmiah. Bumi “tidak tampak” bulat, tetapi secara ilmiah diterima bahwa bumi itu bulat, tanpa perlu melihat “kebulatan” bumi.
Tetapi tidak sesederhana itu ternyata, garapan sains (konsep ilmiah) tidak hanya sekedar di wilayah “yang teramati secara fisik”, sains terus melakukan ekspansi ke wilayah “gejala” untuk bisa sedapat mungkin dijelaskan dengan clear.
Misteri butuh jawaban, sains menawarkan dengan konsep ilmiah. Dan jika belum ada jawaban, bukan berarti menolak untuk mempercayainya sepanjang ada informasi di “kitab suci”
Maka ghoib dalam pemaknaan yang dinamis adalah, segala sesuatu yang belum tertembus. Apa saja hal yang ghoib ? karena dinamis, tentu saja akan multitafsir.
Secara dinamis bisa dikatakan juga, kalo sesuatu masuk akal, maka sudah tidak ghoib lagi. Dan sayangnya, tidak semua gejala/peristiwa/hal itu masuk akal, maka yang ghoib akan selalu tersisa/ada.
Islam dan Sains
Sering orang menghadapkan sains dengan agama secara tidak pas, pada dasarnya sains adalah bagian kerja dari agama. Jika agama adalah sebuah semesta dalam Bola tiga dimensi, maka sains adalah lingkaran dalam bola, lingkaran yang dinamis. Kebenaran sains hari ini bukan kebenaran yang sudah pasti final, melainkan kebenaran yang membuka pintu untuk dikoreksi dengan kebenaran berikutnya.
Sedangkan Islam dengan qurannya sudah fix, dengan dinamisasi tafsirnya. Kebenaran di alquran tidak ditentukan apakah dia ilmiah atau tidak, tapi apakah memang dikatakan quran atau apakah quran menolaknya.
Tidak pas misalnya melihat misalnya penemuan sains pasti tercantum dalam quran atau tidak untuk “mengukur” quran. Sebab Quran justru mempersilakan untuk mengkaji alam semesta sebagai salah satu jalan menyentuhnya.
Quran kita posisikan bukan pada sisi “history of scientific progress – sejarah perkembangan sains) tetapi pada sisi “elan vital – dorongan tanpa penolakan”.